Mohon tunggu...
Irsyal Rusad
Irsyal Rusad Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Internist, FK UGM

Internist. Tertarik dng bidang Healthy Aging, Healthy Live, Diabetes Mellitus Twitter; @irsyal_dokter

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengenal Faktor Resiko Cuci Darah

29 Oktober 2013   15:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:52 6741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1383036788814917494

[caption id="attachment_288571" align="aligncenter" width="300" caption="alenaxir.com"][/caption]

Seorang sahabat kompasianer, Saudari Tyas,  waktu saya menulis, "Banyaknya Pasien yang Cuci Darah", bertanya, "bagaimana menghindarinya, mencegahnya,  atau agar ginjal tetap sehat?" Suatu pertanyaan yang mendorong saya untuk menulis artikel ini.

Pertanyaan di atas sebenarnya dengan sederhana bisa dijawab, ketahui faktor resikonya, kendalikan, dan kenali secara dini tanda,  gejala-gejalanya, dan lakukan pencegahan, penanganannya lebih awal. Tetapi kenyataannya tidak semudah itu, penyakit ginjal kronis (dulu dikenal dengan gagal ginjal) yang pada akhirnya harus mendapatkan terapi pengganti seperti hemodialisa, penyebabnya multifaktor. Faktor genetik pada polikistic  kidney misalnya,  dimana pada ginjal Anda terdapat banyak kista, yang akhirnya merusak struktur ginjal berperan. Diabetes, hipertensi, glomerulonefritis, batu ginjal, infeksi ginjal berulang, adalah beberapa penyebab penyakit ginjal kronis. Kemudian, tanda dan gejalanya juga tidak mudah diketahui, apalagi pada tahap awal kerusakan ginjal. Sampai pada gangguan fungsi ginjal sudah mencapai 60% saja, keluhan-keluhan terkait dengan itu belum begitu menonjol atau bahkan asimtomatik.

Di Amerika Serikat, sebagai penyebab utama penyakit gagal ginjal kronis adalah Diabetes. Sekitar 44% dari mereka yang mendapatkan terapi pengganti, termasuk Hemodialisa adalah akibat komplikasi dari diabetes ini. Kecenderungan ini diperkirakan akan meningkat, sesuai dengan semakin bertambahnya kejadian diabetes di sana. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan pada tahun 2000, 18% pasien yang menjalani hemodilisa terkait dengan komplikasi diabetes melitus ini.  Sekarang, kecenderungan diabetes sebagai penyebah gagal ginjal juga meningkat. Peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya kejadian diabetes, dan lebih banyak kasus diabetes yang ditemukan pada usia lebih muda. Jadi, kalau Anda takut cuci darah (Hemodialisa)  dan kebetulan Anda penyandang diabetes, cara terbaik untuk menghindarinya adalah mengontrol gula darah Anda,  dengan diet, olahraga, obat-obatan. Kadar HbA1c kurang dari 7%, dan kadar gula darah puasa kurang 140 mg/dl, serta 2 jam setelah makan kurang dari 180 mg/dl adalah target yang harus dicapai. Bila Anda peyandang diabetes, disamping berupaya mengontrol gula darah, pemeriksaan fungsi ginjal harus secara periodik dilakukan. Peemeriksaan fungsi ginjal seperti kadar ureum, kreatinin darah, dan potein urin serta sel darah merah perlu sekali.

Penyebab penting lain dari pasien penyakit ginjal kronis  yang akhirnya mengalami cuci darah adalah hipertensi. Hipertensi memang sebagai the silent killer di sini.Tanda dan gejala yang kadang-kadang tidak begitu dirasakan, melalui bermacam mekanisme dapat menyebabkan kerusakan pada struktur dan fungsi ginjal Anda. Di Amerika, hipertensi ini merupakan faktor resiko terbanyak ke dua pasien yang menjalani terapi pengganti ginjal, setelah diabetes melitus. Jadi, bila Anda menderita hipertensi, usahakan tekanan darah Anda terkontrol dengan baik, sebaiknya kurang dari 130/90 mmHg. Menurunkan berat badan 5-10% saja dari berat badang Anda sekarang, bila Anda obes dapat membantu menurunkan tekanan darah Anda. Diet, mengurangi konsumsi garam, berhenti merokok, olahraga juga penting sekali. Disamping itu, bila  perubahan gaya hidup sehat, tekanan darah masih belum terkontrol, obat-obatan diperlukan. Jangan juga membeli obat di jalanan. Obat hipertensi juga ada yang memperburuk fungsi ginjal, apalagi kalau memang sudah terjadi kerusakan struktur ginjal dan gangguan fungsinya, sebaiknya Anda menggunakan obat yang diresepkan oleh dokter. Memonitor tekanan darah secara teratur juga banyak manfaatnya. Dengan menggunakan alat khusus yang dapat Anda peroleh di pasaran, tekanan darah harian Anda dapat diketahui. Ini perlu sekali, karena seperti disinggung di atas, tekanan darah sering tidak memberikan gejala. Dan, banyak orang beranggapan, bahwa bila tidak ada gejala, berapa pun tekanan darah, tidak masalah. Keluhan sakit kepala, misalnya kalau ada, dengan membeli obat penghilang nyeri, lalu nyerinya hilang, juga dianggap tidak ada persoalan lagi. Pada hal, disamping tekanan darah tetap saja tinggi, obat penghilang nyeri itu banyak yang nefro toksik, menjadi racun bagi ginjal, akan memperburuk fungsi ginjal, apalagi dikonsumsi berulang-ulang dan jumlah yang banyak.

Di Indonesia, penelitian yang dilakukan pada tahun 2000, penyebab gagal ginjal terbanyak adalah glomerulonefritis, baru kemudian diabetes, dan hipertensi. Penyakit ini  bisa disebabkan gangguan sistem imun, diabetes, reaksi infeksi, terutama oleh bakteri streptokokus. Sindroma nefrotik, suatu kumpulan tanda dan gejala seperti, bengkak seluruh tubuh, biasanya mulai dari kelopak mata pagi hari, buang air sedikit, sering buang air malam hari,  urin berbuih, busa, karena banyak mengandung protein, dan kadar lipid darah yang tinggi, adalah salah satu bentuk glomerulonefritis yang sering ditemui. Penyakit ini bila tidak ditangani dengan baik dapat berlanjut menjadi penyakit ginjal kronik.

Lalu, sekitar 10% pasien yang menjalani cuci darah disebabkan oleh komplikasi obstruksi dan infeksi saluran kemih yang tidak terkontrol dengan baik. Obstruksi dapat disebabkan batu saluran kemih atau karena faktor lain. Karena itu, bila Anda mempunyai batu saluran kemih, termasuk ginjal, atau Anda punya bakat untuk itu, jangan dianggap enteng. Sering batu ginjal atau batu saluran kemih lainnya itu tidak memberikan gejala, tahu-tahu sudah menyebabkan kerusakan pada struktur dan fungsi ginjal Anda.

Penggunaan obat-obat penghilang nyeri, obat rematik yang banyak beredar bebas di luar, apalagi Anda menggunakannya tidak dibawah pengawasan dokter, bisa menjadi malapetaka bagi ginjal Anda. Begitu juga beberapa jamu, herbal yang mudah didapatkan di pasaran. Beberapa pasien yang sedang menjalani hemodialisa, mempunyai riwayat penggunaan obat penghilang nyeri dan jamu ini. Obat ini dapat menyebabkan kerusakan pada struktur ginjal dan fungsi ginjal, karena obat penghilang nyeri menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal. Penggunaan yang lama dan berulang mengakibatkan ginjal Anda akan kekuragan darah. Karena itu, bila sayang dengan ginjal Anda, batasi penggunaan obat-obat itu.

Obesitas, merokok, juga merupakan faktor resiko penyakit ginjal kronis. Merokok, apalagi Anda juga seorang penderita diabetes melitus, akan meningkatkan progresivitas perjalanan penyakit ginjal kronis yang mungkin sudah Anda alami. Jadi, menghentikan kebiasaan merokok juga menurunkan kemungkinan resiko Anda memgalami penyakit ginjal kronis dan cuci darah

Jadi, agar Anda tidak sampai menjalani cuci darah (Hemodialisa), karena ginjal Anda tidak berfungsi lagi, maka kenali faktor resikonya. Faktor resiko utama seperti Diabetes, hipertensi dapat Anda kendalikan. Batu ginjal, infeksi, obesitas, merokok, penggunaan obat-obatan yang dapat merusak ginjal juga dapat  dikontrol.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun