Mohon tunggu...
Irsyad Rahmanda
Irsyad Rahmanda Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar ☪

Aku adalah apa yang kau pikirkan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Merdeka dari Hegemoni dan Dominasi Kelas Penguasa: Refleksi 78 Tahun"

18 Agustus 2023   02:30 Diperbarui: 18 Agustus 2023   02:33 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Telah tiba masa Indonesia sudah mencapai usia kemerdekaan 78 tahun, berbagai rangkaian peristiwa dan perubahan politik yang sudah di lalui demi menunjukkan eksistensi bahwa Indonesia sudah siap menjadi Bangsa yang besar dan berdaulat. Ini semua berkat semangat perjuangan The Founding Father waktu itu berhasil mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari Kolonialisme. Apa betul selama ini kita sudah Merdeka atau baru belajar merdeka? atau jangan-jangan kita selama ini di hegemoni dan dominasi kelas penguasa?

Kita bisa rasakan realitas yang terjadi sekarang ini merupakan konsepsi Hegemoni Antonio Gramsci pada waktu itu, ketika Gerakan dewan pabrik (the factory council's movement) yang terjadi di Italia tahun 1920 gagal dalam melakukan Revolusi kepada pemilik modal. Ini merupakan titik Gramsci dalam merumuskan teori hegemoni yang merupakan antitesa Materialisme-Historis Karl Max.

Hegemoni merupakan dominasi suatu kelas sosial terhadap kelas sosial lainnya. hegemoni bukan dominasi dengan menggunakan kekerasan atau koersi, tetapi hubungan konsensus menggunakan kepemimpinan atau wacana politik atau ideologis. Tidak dengan menggunakan cara paksaan, "Hegemoni dapat diperoleh dari negosisasi dan perjanjian". dengan demikian jalan untuk melancarkan strategi ini adalah membentuk kesadaran palsu terhadap yang terhegemoni.

dalam membentuk kesadaran palsu atas apa yang diterima oleh masyarakat terhegemoni, mereka menerima secara apa adanya gagasan tersebut tanpa sikap kritis. sebetulnya tidak mewakili kaum yang di tindas. Ini yang di sebut Gramsci sebagai Common Sense

Peran Intelektual dalam Civil Society (Masyarakat Sipil) Gramsci mengatakan "Pada dasarnya, semua orang punya potensi menjadi intelektual, sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya, dan dalam cara menggunakannya. Tetapi tidak semua orang adalah intelektual dalam fungsi sosial". 

Gramsci membedakan kaum intelektual menjadi dua bentuk; Pertama Intelektual Tradisional adalah kaum intelektual yang sikap politiknya berkiblat pada kekuasaan atau kaum intelektual yang merugikan perjuangan masyarakat sipil merupakan intelektual Tradisional. Kedua Intelektual Organik yaitu, kaum intelektual mencurahkan gagasan dan ide dalam mewujudkan keadilan sosial kepada mereka yang terhegemoni oleh kelas kapital dan kekuasaan.

Sebagai contoh: penggunaan media massa sebagai alat hegemoni intelektual tradisional untuk membentuk kesadaran palsu dan dominasi atas masyarakat melalui kepemimpinan intelektual dan moral serta ideologi melalui pendidikan dan mekanisme kelembagaan.

Merdeka dari Hegemoni dan dominasi kelas penguasa ialah dengan menggunakan Counter Hegemoni yaitu hegemoni tandingan dengan strategi membangun suatu kelompok besar yang terdiri dari Kaum Intelektual dan non intelektual dengan menyadarkan sikap dan cara berpikir masyarakat yang terhegemoni, perjuangan sosial yang disatukan dengan konsepsi yang sama tentang dunia (Teori Politik dan Ekonomi) untuk mencapai hegemoni tandingan dengan penguasa.  sebagai perang posisi (war of position). 

Gramsci meyakini dalam suatu kelas sosial dapat menciptakan satu atau lebih strata kaum intelektual yang sadar akan peranannya. "Orang yang memiliki kesadaran intelektual organik adalah mereka yang mampu menjadi seorang organisator dalam perubahan atau penyadaran. Mereka ada untuk membangun kesadaran bahwa selama ini masyarakat sekitarnya telah terhegemoni dan tertindas." - Antonio Gramsci.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun