Mohon tunggu...
Irsan Nur Hidayat
Irsan Nur Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Jakarta, Indonesia

Pencinta Sepak Bola yang juga Penikmat Dinamika Politik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fanatisme Politik yang Semakin Mengkhawatirkan

17 Januari 2020   09:51 Diperbarui: 17 Januari 2020   09:49 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Fanatisme memanglah selalu membahayakan. Sebagai contoh dalam pertandingan bola, sudah sering banyak korban berjatuhan akibat fanatisme ini. Kini, khususnya di Indonesia, fanatisme sudah menjalar ke dalam dinamika politik kita. 

Beberapa hari yang lalu, ada aksi unjuk rasa yang berlangsung di balai kota (Kantor Pemprov DKI Jakarta). Unjuk rasa ini menginginkan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan untuk bertanggung jawab atas banjir yang terjadi di Jabodetabek pada 1 Januari yang lalu. 

Bahkan, para pengunjuk rasa ini menginginkan Sang Gubernur untuk mundur dari jabatannya sebagai DKI 1, karena dianggap tidak berhasil menuntaskan banjir tersebut.

Seolah tak mau kalah, kubu yang mendukung kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan, juga mengadakan aksi unjuk rasa, yang mereka sebut "Aksi Bela Anies" di lokasi yang tak jauh berbeda dengan kubu yang kontra. 

Bahkan, dalam salah satu spanduk yang beredar luas di media sosial, mereka menyatakan "Kalau Tidak Suka Anies Baswedan, Silakan Pindah ke Provinsi Lain". Bahkan, sempat terjadi kericuhan atau bentrok di antara kedua massa yang memang bertentangan ini.

Seperti judul yang saya tulis di atas, dengan spanduk dan tuntutan massa ini, maka, saya merasa fanatisme ini sudah mulai mencapai titik yang mengkhawatirkan. 

Ketika dua kubu ini terlalu memuja-muja junjungannya (Seperti kita ketahui bersama, perpecahan ini mulai ada sejak Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 dan makin menjalar ketika Pemilihan Presiden 2019 yang lalu. 

Bahkan, bukan tidak mungkin, perpecahan ini bakal menjalar kembali di Pemilu 2024 nanti.), sehingga, ketika junjungannya dianggap salah oleh lawannya, maka mereka akan membela habis-habisan, walaupun ada kemungkinan memang junjungannya salah.  Saya khawatir, jika ada hal-hal seperti ini bakal membuat pemimpin-pemimpin bakal menjadi anti kritik. 

Ketika akal dihiraukan demi memuaskan syahwat politiknya, maka negara ini masuk ke dalam kondisi gawat atau mengkhawatirkan. Saya, sebagai bagian dari negeri ini juga turut prihatin akan kondisi ini. 

Saya hanya ingin negeri ini maju, adil, dan makmur siapapun pemimpinnya. Oleh karena itu, saya berharap kepada seluruh masyarakat baik yang pro maupun kontra, untuk mulai menilai sesuatu secara objektif, ketika memang salah, maka kritiklah, kalau perlu berikan solusi yang terbaik, dan ketika pemimpin tersebut benar, maka apresiasilah, tetapi janganlah berlebihan. 

Karena, khawatirnya menyebabkan pemimpin tersebut menjadi sombong. Akhir kata, saya harap Indonesia makin baik dan maju dalam segala aspeknya, dan berharap perpecahan ini tidak semakin berlarut-larut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun