Mohon tunggu...
Irna Djajadiningrat
Irna Djajadiningrat Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Literasi

Sejatinya semua penghuni jagat raya memiliki derajat yang sama. Yang membedakan hanya budi baik atau buruk hati. https://bumiseniorcicibey.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Renungan Menjelang Ramadhan: Wahai Jiwa yang Tenang

28 Maret 2022   10:44 Diperbarui: 28 Maret 2022   11:11 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

 "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.  Kemudian masuklah ke dalam hamba-hamba-Ku, Dan masuklah ke dalam surga-Ku!" (QS. Al-Fajr: 27-30).

Kutipan di atas adalah tafsir Surat Al-Fajr: 27-30 yang membuat saya merasa mampu terbang ke langit. Penggalan frasa "Wahai jiwa yang tenang" menyiratkan kemesraan Sang Khalik kepada hambanya. Tapi sayangnya, tidak mudah bagi makhluk bumi untuk "merasakan" keberadaan jiwa yang tenang. Bukan karena manusia tidak paham bahwa jiwa yang tenang akan membawa manusia ke dalam alam spiritual yang menggetarkan, tetapi, hidup manusia kerap diliputi oleh keakuan yang tinggi, kesombongan, keangkuhan diri dan persepsi hidup yang dibangun oleh pengetahuannya sendiri. Maka jiwa yang tenang seakan-akan antara ada dan tiada.

Dalam rangka menyambut bulan Ramadhan 1443 Hijriah yang tinggal beberapa hari lagi, mungkin, menjadi waktu yang tepat untuk merenung dan menemukan jiwa yang "hilang". Hentikan untuk sementara pengembaraan duniawi karena itu tidak akan pernah berujung dan memuaskan hati manusia. Meskipun hampir semua manusia menyadari bahwa cerita manusia di dunia akan berhenti pada masanya, tetapi herannya berburu keduniawian secara berlebihan terus berlanjut.

Tidak terlalu mengherankan jika manusia lebih mampu memaknai dan merasakan sesuatu yang "nyata" dibandingkan dengan yang tampak "tidak nyata".  Manusia dengan mudah menikmati "dunia bawah", memiliki uang banyak, karier yang berhasil atau jabatan, karena hal tersebut relatif  dapat langsung dirasakan dan terukur. Sedangkan yang "tidak nyata atau dunia langit" seakan-akan tiada, letaknya nun jauh di sana dan jika menggunakan akal manusia yang terbatas maka bisa jadi dipandang sebagai "khayalan".  Memahami dan membayangkan nikmatnya dunia langit memerlukan kesadaran nurani. Ia tidak bisa dihasilkan hanya dari berselancar di Google Search.

Menurut para alim untuk mendapatkan keyakinan keberadaan dunia langit, seseorang memerlukan kebersihan jiwa dan tabungan yang berbeda dengan dunia bawah, bukan uang, properti, saham, atau kripto. Tapi "spritual saving".  Spritual saving ini yang akan menjadi andalan untuk menghadirkan jiwa yang tenang.

Jiwa dimaknai sebagai sesuatu yang immaterial, bukan jasmaniah. Jiwa kerap kali dipandang sebagai alam yang berhubungan dekat dengan metafisik dan spritualitas. Secara umun jiwa juga diartikan sebagai seluruh kehidupan batin manusia. Oleh karena itu asupan untuk menghasilkan jiwa yang sehat juga berbeda dengan kebutuhan badaniah.

Pada dasarnya manusia juga dibekali pilihan untuk menentukan jalannya, maka manusia lah yang harus berupaya menetapkan pilihan dengan mengalahkan keakuannya. Jiwa kadangkala menjadi alasan seseorang untuk berperilaku atau berfungsi sebagai penggerak tingkah laku karena di dalamnya memuat beberapa  subsistem (hati, akal dan nurani).  Oleh karena itu jiwa memiliki kemampuan untuk mengendalikan manusia ke jalan baik atau  buruk.

Bukankah bulan Ramadhan mengajarkan manusia untuk mampu mengendalikan diri, membuang emosi negatif, bersikap "lembut hati" agar pada akhirnya menemukan jiwa yang tenang.  Maka menjadi sangat wajar jika bulan Ramadhan dijadikan momentum manusia  menata ulang hidup agar bisa terbang ke langit.

Sucikan hati, sucikan jiwa dan bersihkan pikiran.  Selamat datang ya Ramadhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun