1 Syawal 1442 Hijriah pasti bukan Idul Fitri pertama untuk kita. Dari sejumlah tahun yang dilalui, sudah berulang kali permohonan ampunan kepada Sang Khalik dilantunkan pada saat Idul Fitri. Tapi puasa dan doa yang dipanjatkan setiap tahun tidak mengubah apa-apa. Korupsi terus berjalan, ketamakan semakin menjadi, terorisme semakin mengganas, ujaran kebencian terus berlanjut, jumlah pemuja mimpi semakin tinggi.
Jika berpuasa di bulan Ramadhan hanya sebuah tradisi tahunan atau hanya pelengkap alias atribut penyerta maka hasilnya akan sama "kekosongan jiwa". Tidak akan mengubah apapun juga. Lapar, dahaga dan doa mungkin tidak terdengar sampai ke langit.
Puasa di bulan Ramadhan dilakukan bukan semata-mata persoalan ketaatan dan kepatuhan umatnya. Tetapi lebih merupakan bukti cinta kepada pemilik Bumi dan Langit dan berharap meraup kehormatan dari Sang Khalik.
Jika puasa dilakukan dengan keikhlasan dan penuh cinta maka puasa akan mampu membersihkan jiwa dari segala hawa nafsu yang kotor untuk menjadi jiwa yang "premium" atau muttaqa.
Masih bersisa beberapa hari menjelang 1 Syawal, mari sempatkan diri untuk menyantap hidangan ruhani agar puasa bisa merasuk ke dalam sukma dan hasil berpuasa mampu menyentuh wilayah rasa batin.
Tidak perlu risau dan mempertanyakan kembali manfaat puasa karena untuk mendapat jawabannya, manusia juga harus memiliki kematangan spiritual yang mumpuni.
Mungkin Sang khalik sedang memberi pelajaran bagi hambanya untuk lebih bertafakur dan bertadzakkur.
Semoga di waktu tersisa bulan Ramadhan ini Sang Khalik berkenan membukakan mata hati kita agar mampu melawan kemaslahatan dan ego duniawi. Wallahu a'lam bish-shawabi