Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tips Menyikapi Perilaku Book Shaming dari Orang Lain

23 Juli 2021   07:00 Diperbarui: 23 Juli 2021   10:41 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Umberto Del Piano via unsplash.com)

"Ngapain repot-repot baca hal-hal yang di luar profesi dan gak ada hubungannya sama kerjaan? Harusnya yang lo baca tuh yang berkaitan dengan profesi lo. Jadi ada gunanya untuk support kerjaan lo."

Kira-kira seperti itulah yang dikatakan oleh seseorang-yang-namanya-tidak-perlu-saya-sebut sekian waktu yang lalu. Alis saya langsung berkerut mendengarnya, tapi herannya saya tidak membalas omongannya meski dongkol setengah mati. 

Apa urusannya dia mengatur-atur mana yang seharusnya saya baca atau tidak? Lagipula saya kan sudah bukan anak-anak lagi, yang bahan bacaannya perlu diarahkan sesuai usia. Alhasil saya cuek saja dan tetap meneruskan bacaan saya.

Sadar atau tidak, mungkin seseorang (atau bahkan kita sendiri) pernah melakukan book shaming kepada orang lain. Padahal seharusnya fenomena Book Shaming ini sudah tidak zaman lagi.

Ya iyalah, aneh rasanya kita terus menyuarakan "berbeda-beda tapi tetap satu ju"' sementara kita mengolok-olok bahan bacaan orang lain yang berbeda dengan kita. Perbedaan bukan hanya soal SARA, tapi juga selera bacaan. Ih kok serius amat sih sampai perbedaan bahan bacaan saja harus dipersoalkan?

Jelas saja, bagi saya membaca buku adalah salah satu aktivitas (mungkin juga kebebasan?) yang bisa kita lakukan untuk melihat dunia luar tanpa harus melangkahkan kaki. 

Membaca membantu kita menambah perbendaharaan kata, mengantar kita untuk memahami ilmu dan hal-hal baru yang lebih kompleks, merangsang otak kita untuk beranalisis dan menemukan gagasan, serta menata cara berpikir kita. 

Semua itu pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pembentukkan karakter kita. Dan tentu saja, dalam membaca sesuatu kita harus tetap kritis dan selektif dalam menyerap informasi-informasi yang disajikan supaya kita tidak salah arah.

Jadi tidak seharusnya kita dengan sombongnya mengatur-atur mana bacaan yang seharusnya orang lain baca atau tidak. Apalagi mengolok-olok bacaan orang lain, karena setiap orang memiliki selera berbeda. Setiap orang memiliki rasa ingin tahu yang berbeda terhadap sesuatu.

Sama halnya dengan contoh komentar di atas. Memang membaca hal-hal yang berkaitan dengan profesi yang kita geluti sangat baik untuk menunjang pekerjaan kita. Tapi membaca hal lain di luar profesi bukan suatu hal yang sia-sia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun