Ternyata hari ini, 17 Mei 2019, tepat 7 tahun sudah saya bergabung di Kompasiana. Lumayan lama juga, meski saya tahu masih banyak Kompasianer lain yang bahkan sudah bergabung lebih lama dari saya di platform blogging yang beken ini.Â
Entah kenapa saya jadi terpikir untuk kilas balik sejenak dan mencoba mengidentifikasi kontribusi apa yang sudah saya berikan dan saya dapatkan selama tujuh tahun terakhir ini.
Berkali-kali beberapa teman saya yang tahu bahwa saya aktif menulis di Kompasiana bertanya, "Apa untungnya sih nulis di Kompasiana? Dibayar berapa?"
Pada saat saya bergabung tahun 2012 lalu, menulis di Kompasiana boleh dikatakan hanya sebatas menyalurkan ide, opini atau gagasan tanpa imbalan atau embel-embel reward apapun. Dan memang, motivasi saya bergabung di Kompasiana saat itu adalah sekadar untuk menuangkan ide dan pemikiran.Â
Senang rasanya tulisan saya dibaca banyak orang dan dikomentari, karena itu berarti tulisan yang notabene adalah hasil pemikiran saya, layak untuk disimak dan diperbincangkan.
Menulis di Kompasiana bagi saya pribadi adalah proses belajar. Belajar menulis artikel yang baik dan terstruktur, belajar untuk mempertanggungjawabkan setiap kata yang kita tulis, belajar menanggapi komentar orang lain dengan tetap memperhatikan etika, belajar menahan diri untuk tidak mudah tersinggung dengan komentar negatif, dan lainnya.
Jadi kalau ditanya apa sih untungnya menulis di Kompasiana? Berikut jawaban saya:
1. Challenge
Saya tidak tahu apakah semua Kompasianer sudah membaca Syarat dan Ketentuan terkait konten yang ditetapkan oleh Kompasiana. Tapi yang pasti ada ketentuan minimal yang harus dipenuhi oleh Kompasianer dalam menayangkan artikel.Â
Misalnya artikel yang ditayangkan tidak boleh kurang dari 70 kata, tidak boleh mengutip dari sumber lain lebih dari 25 persen dari total isi artikel, wajib menyertakan sumber foto, ilustrasi dan referensi sebagai pelengkap artikel, dan sebagainya.