Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pertimbangkan Ini Sebelum Menato Tubuhmu

25 Juni 2018   07:00 Diperbarui: 25 Juni 2018   20:27 2627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: medicalnewstoday.com

Baru-baru ini ada satu artikel yang ditayangkan di salah satu portal berita online yang menarik perhatian saya, sampai saya hanya bisa geleng-geleng kepala. Mungkin ada Kompasianer yang sudah baca kisah seorang gadis berusia 23 tahun bernama Amber Luke yang memiliki ratusan tato di tubuhnya?

Dia bahkan menato kornea matanya menjadi warna biru dan membelah ujung lidahnya. Macam siluman ular gitu deh (ssssssss....) Alasannya? Dia menganggap penampilannya dulu sebelum bertato sangat membosankan! Luar biasa (aneh) kan? Ibunya sampai menangis melihat putrinya itu. Ya iyalah!

Amber Luke (Sumber: style.tribunnews.com)
Amber Luke (Sumber: style.tribunnews.com)
Ngomong-ngomong Kompasianer ada yang sudah pernah menato tubuh? Pastinya ada ya, meskipun paling-paling hanya tato temporer atau tato tempelan yang dijual abang-abang keliling zaman SD dulu. 

Saya sendiri pertama kali menato tubuh saya sewaktu kelas 3 SMP. Jadi ceritanya saat itu saya ikut study tour ke Bali. Dan saat mampir ke Pantai Kuta, ada banyak pedagang tato temporer yang menjajakan jasanya. Alhasil saya dan teman-teman saya iseng bikin tato temporer tersebut. Palingan beberapa minggu juga hilang, pikir kami waktu itu.

Sedikit sejarah tentang tato, budaya menato tubuh memang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Masyarakat Mesir kuno, Roma, Yunani, India, Afrika, Cina dan banyak negara lainnya telah menggunakan tato dengan tujuan bermacam-macam. 

Mulai dari jimat, simbol keyakinan agama, simbol status sosial, identitas, deklarasi cinta, perhiasan, sampai bentuk hukuman. Dengan peralatan sederhana, mereka menggunakan bahan-bahan alami untuk menghasilkan pigmen warna tertentu untuk dilukiskan pada permukaan kulit.

Tato permanen dan tato temporer
Hingga sekarang pun, tato masih eksis. Pada awalnya tato bersifat permanen dan biasanya akan terasa sakit saat proses aplikasi karena pigmen warna dimasukkan ke dalam kulit (lapisan epidermis) dengan menggunakan jarum. Ini yang kadang membuat seseorang takut untuk menato tubuhnya. Namun sekarang bagi yang tidak menginginkan tato permanen pun tersedia tato temporer yang bisa hilang setelah beberapa waktu. 

Ada yang hanya berbentuk stiker sehingga hanya perlu ditempelkan selama beberapa saat untuk memindahkan pola gambar ke permukaan kulit, ada juga yang menggunakan tinta dan mengaplikasikannya ke permukaan kulit dengan cara dilukis.

Henna (Sumber: en.wikipedia.org)
Henna (Sumber: en.wikipedia.org)
Masyarakat masa kini biasanya menggunakan tato untuk tujuan gaya hidup dan fashion, meski masih tetap ada yang menggunakannya sebagai simbol status sosial (misalnya suku-suku tertentu). Bagi saya pribadi tidak ada yang salah dengan menato tubuh, meski saya sendiri tidak suka ada tato di tubuh saya. Namun sebelum menato tubuh, sebaiknya seseorang juga telah memahami konsekuensi yang mungkin timbul setelah menato, terutama dari sisi kesehatan.

Bahaya tato yang harus diwaspadai
Tato temporer saat ini dikenal juga dengan Henna atau Mehndi. Umumnya bahan pewarna yang digunakan berasal dari tanaman yakni Daun Pacar (Lawsonia inermis L.) yang menghasilkan warna jingga kecoklatan atau merah kecoklatan. 

Ketika ada warna lain yang muncul seperti hitam atau biru, berarti ada bahan lain yang ditambahkan. Warna Henna ini dikenal dengan Black Henna atau Blue Henna. Bahan pewarna hitam ini merupakan bahan pewarna rambut Coal-Tar yang mengandung PPD (p-phenylenediamine).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun