Mohon tunggu...
Irma SiarTambunan
Irma SiarTambunan Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati pangan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang yg peduli ketahanan pangan

Selanjutnya

Tutup

Money

Pertumbuhan Ekonomi Melempem

9 Mei 2019   19:34 Diperbarui: 9 Mei 2019   19:44 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Senin Mei 2019, tepat hari pertama bulan Ramadan, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2019 sebesar 5,07%. Angka tersebut secara year on year (YoY) lebih bagus ketimbang catatan kuartal I 2018 sebesar 5,06%, termasuk pada periode yang sama tahun 2017 yang berada dia angka 5,01%.

Menurut lapangan usaha, sektor industri, perdagangan, dan pertanian masih menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama tahun ini. 

Sebagai negara agraris, patut kita cermati seperti apa sektor pertanian yang memiliki jumlah angkatan kerja terbanyak, berkisar 30% dari jumlah total angkatan kerja nasional, bertumbuh. Data BPS ternyata menunjukkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di sektor pertanian hanya mampu tumbuh sebesar 1,81% YoY. Tentunya angka itu sangat jauh dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Kontribusi sektor pertanian terhadap total PDB nasional tercatat sebesar 12,65%. 

Sumber 1

Padahal sektor pertanian pada kuartal I 2018 masih bisa tumbuh sebesar 3,34% YoY. Ironisnya, akan tahun ini tercatat merupakan pertumbuhan PDB sektor pertanian terendah setidaknya sejak kuartal I 2017.

Bahkan pada tiga bulan pertama 2019, pertumbuhan PDB tanaman pangan bahkan terkoreksi hingga 5,94% YoY. Artinya produksi tanaman pangan, yang utamanya masih disumbang oleh beras, jauh lebih sedikit sepanjang kuartal I 2019 dibanding tahun sebelumnya.

Dalam penjelasannya, Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, perlambatan tersebut terjadi karena adanya pergeseran masa panen padi. Ia bilang pada tahun 2018 puncak masa panen padi terjadi di sekitar bulan Maret, sehingga masuk dalam perhitungan PDB kuartal I.

Sementara itu, tahun ini puncak masa panen padi jatuh di sekitar bulan April. Pergeseran tersebut membuat pertumbuhan PDB tanaman pangan kuartal I 2019 mengalami koreksi cukup dalam.

Namu, alasan tersebut bukanlah satu-satunya alasan mengapa terjadi koreksi pertumbuhan PDB tanaman pangan. Data BPS menunjukkan pada periode yang sama tahun sebelumnya PDB tanaman pangan Indonesia juga terkoreksi hingga 3,42% YoY. 

Di sektor tanaman hortikultura, meskipun tumbuh hingga 6,18% YoY pada kuartal I 2019, namun sejatinya mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya. Karena pada kuartal yang sama tahun lalu, sektor ini bisa tumbuh 7,02% YoY. Demikian pula dengan tanaman perkebunan dimana hanya mampu tumbuh 3,33% YoY pada kuartal I 2019, melambat ketimbang kuartal I 2018 yang tumbuh hingga 7,19% YoY.

Hal ini berarti ada sebab lain menyebabkan pertumbuhan PDB di sektor pertanian jauh melambat dibanding tahun sebelumnya. Sayang Suhariyanto enggan menjelaskan lebih jauh perihal tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun