(Irma Afifah Zanubah; Ayun Nia Afia)
Budaya dapat didefinisikan sebagai keseluruhan cara hidup termasuk seni, kepercayaan, dan institusi populasi yang diwariskan manusia dari generasi ke generasi. Budaya diklaim sebagai "cara hidup seluruh masyarakat". Dengan demikian, dapat berupa kode etik, pakaian, bahasa, agama, ritual, seni.
Generasi milenial saat ini, pendidikan dipandang sebagai kebutuhan yang nyata umur panjang manusia. Pendidikan merupakan proses mencapai keseimbangan dan kesempurnaan melalui proses transfer ilmu pengetahuan, transfer nilai, energy transfer, dan pembangunan karakter di semua aspeknya. Pengaitan kebudayaan yang ada di Indonesia yang merupakan peninggalan sejarah dengan pembelajaran yang menarik. Pengaitan ini juga dapat menjadi sebuah langkah yang ditempuh untuk melestarikan kebudayaan. Pelestarian kebudayaan dengan bantuan pembelajaran juga dapat mencegah punahnya suatu kebudayaan peninggalan dari kepunahan.
Etnomatematika adalah studi yang menghubungkan matematika dengan kebudayaan. Kata etnomatematika berasal dari etno dan matematika. Etno menunjukkan kelompok budaya, seperti kelompok etnis dalam suatu Negara atau kelas pekerja sosial, serta bahasa dan rutinitas sehari-hari. Kemudian matematika berarti menjelaskan, untuk memahami, dan mengelola yang sudah jelas dengan benar-benar melihat perhitungan, pengukuran, klasifikasi, struktur, dan pola pemodelan fenomena. Etnomatematika bisa dikatakan sebagai cabang ilmu matematika yang disesuaikan dengan kebudayaan. Salah satu benda budaya yang dapat menjadi sumber belajar matematika adalah bangunan masjid.
Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid ini memiliki ciri khas berupa 'tatal' (pecahan kayu) sebagai salah satu dari tiang utamanya, yang konon dianggap sebagai karya dari Sunan Kalijaga. Pada masa penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, Masjid Agung Demak dianggap memiliki sejarah yang sangat penting, karena di masjid ini para wali penyebar agama islam berkumpul untuk menyebarkan agama Islam, yang lebih dikenal dengan sebutan Walisongo (Wali Sembilan). Para wali ini sering berkumpul untuk melakukan ibadah, berdiskusi tentang penyebaran agama Islam, dan mengajar ilmu-ilmu Islam kepada penduduk sekitar. Karena hal ini, masjid Agung Demak dianggap sebagai monumen hidup penyebaran Islam di Indonesia dan bukti kemegahan Kesultanan Demak Bintoro.
Dari arsitektur bangunan Masjid Agung Demak di Jawa Tengah diperoleh bagian-bagian yang memiliki aspek matematika yang dapat dikaitkan deangan materi-materi di sekolah. Keterkaitan dengan materi matematika dalam bangunan Masjid Agung Demak dapat berupa pertanyaan tentang luas dari bangun berbentuk segi datar misal luas persegi panjang, luas prisma, luas persegi dan lain sebagainya. Selain dari luas, juga dapat dikaitkan dengan soal keliling. Untuk bangun yang berbentuk ruang dapat dikaitkan dengan konsep volume, seperti volume tabung, volume limas, dan masih banyak lagi.
Untuk rumus luas dari bangun datar persegi yaitu s x s. Untuk rumus luas persegi panjang yaitu p x l. Untuk rumus keliling dari persegi yaitu 4 x s atau 4 sisi dari persegi dijumlahkan semua. Untuk keliling dari persegi panjang yaitu 2 x (p + l) atau semua sisi dijumlahkan semua.
Dengan mempelajari konsep matematika melalui budaya sekitar, peserta didik secara tidak langsung telah menerapkan etnomatematika.
Implementasi aspek etnomatematika pada Masjid Agung Demak secara keseluruhan dapat dikembangkan menjadi sebuah rangkaian cerita. Rangkaian cerita tersebut dapat melibatkan unsur sejarah dari pembangungan Masjid Agung Demak. Unsur budaya yang memuat aktivitas dasar matematika menjadi materi pengenalan adanya keterkaitan ilmu matematika pada bangunan hasil kebudayaan di sekitar, khususnya pada arsitektur Masjid Agung Demak. Adapun masalah kontekstual yang telah disusun dari konsep geometri yang terkandung dalam arsitektur Masjid Agung Demak dapat dijadikan sebagai latihan mandiri bagi peserta didik.