Menjalani ramadhan di tengah pandemi punya sisi baik dan juga sisi buruknya. Tetapi jika boleh jujur saya merindukan ramadhan sebelum pandemi melanda. Ada banyak kenangan indah di bulan ramadhan, mulai dari saya kecil hingga beranjak dewasa.Â
Terlebih momen mudik yang sangat dinanti-nantikan. Bertemu sepupu yang hanya sempat berjumpa setahun sekali. Selain itu, ada juga momen dimana kami membuat kue lebaran bersama. Setelah itu berbelanja baju lebaran bersama, melakukan tarawih bersama, dan lain sebagainya.Â
Momen lain yang paling membekas adalah saat keluarga besar berbuka puasa bersama. Seluruh makanan disusun di atas tikar dan kami duduk lesehan. Selain itu, tentu saja momen buka bareng bersama teman juga saya rindukan.Â
Buka Bareng yang Dirindukan.
Dulu grup WhatsApp saya di bulan Ramadhan selalu riuh. Mulai dari grup keluarga, SD, SMP, SMA, hingga kuliah. Semua orang di grup bertanya kapan bisa buka bareng bersama. Meskipun pada akhirnya ada juga yang hanya wacana.
Di bulan ramadhan, keuangan yang seharusnya hemat karena tidak perlu makan siang malah berubah sebaliknya. Bagaimana tidak tekor jika sekali bukber (buka bareng) biaya yang dikeluarkan 2-3x harga makan siang? Buka bareng 40% makan selebihnya berfoto dan mengupload di media sosial.Â
Setiap bulan ramadhan agar keuangan tak sengsara maka saya membatasi hanya 3 sampai 4 kali berbuka di luar. Meskipun tentu resikonya harus tahan dengan rasa "tak enakan".Â
Sekarang ketika pandemi melanda saya merindukan momen buka bareng bersama teman. Rasanya seperti ada yang kurang di ramadhan kali ini. Melihat kembali kenangan dimana saya mencari tempat berbuka puasa yang nyaman dan datang cepat agar bisa bercerita dengan mereka.Â
Tak hanya itu biasanya setelah buka puasa bersama, kami melakukan tarawih bersama. Tarawih biasa dilakukan di mesjid kebanggaan rakyat Aceh, Mesjid Raya Baiturahman.Â
Festival di Bulan Ramadhan.Â