Mohon tunggu...
Muhammad Irham Maulana
Muhammad Irham Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hidup Untuk Menulis dan Menulis untuk Menghidupkan. Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Jangan biarkan kata-kata bersarang di kepala. Biarkan ia menyelinap ke dalam kertas dan berkelana di halamannya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hanya Berawal dari Sebuah Buku

11 Mei 2022   17:49 Diperbarui: 12 Mei 2022   17:08 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
this photo taken from https://yoursay.suara.com/

Hanya Berawal dari Buku

Dari satu persatu alfabet menjadi kata. Dari satu persatu kata menjadi kalimat. Dari tiap-tiap kalimat menjadi paragraf. Dan dari paragraf menjadi bacaan yang bermutu dan  bermanfaat sampai mampu mengantarkan dan mewujudkan cita dan harapan yang sempurna. 

Sebuah benda berbentuk segi empat dengan sampul tebal pada wajahnya, yang di antara sampul atas dan bawah, terdapat tumpukan kertas berbaris rapi serta memiliki aroma yang khas. Aroma itu berasal dari serat kayu yang diolah secara tipis-tipis lalu diwarnai agak keputihan atau kecoklatan. Benda seukuran wajah itu mempunyai kemajemukan tulisan yang dihasilkan dari tarian jemari sang pujangga atas pengetahuan sonder batasnya melalui kalimat serta kata-kata yang indah dan mempesona hingga  mampu merubah isi kepala. Akhirnya, terbentuklah komponen-komponen itu  menjadi sebuah pelangi dengan warna-warni  pemahaman, pengertian, dan definisi, yang dapat dinikmati pemandangannya oleh siapapun jua.

Benda itu menjadi musabab mengapa manusia jenius, super, dan master ada di dunia ini. Tanpa disadari, sedari kecil orang tua kerap mendongengi cerita-cerita manusia super, seperti Batman dan Superman di mana keterangan itu bersumber dari benda sesederhana itu. Meski cerita rekaan, tetapi faktanya hal itu mampu mengantarkan seorang Orhan Pamuk menjadi superman dalam dunia nyata. Bukti nyata bahwa Orang jenius lahir di bumi ini berkat benda yang kerap kali dibawa pelajar ke Sekolah itu. Sekali lagi, orang-orang ahli lahir di dunia ini juga karena benda yang sering dipelajari dari waktu ke waktu itu. Iya itulah buku, sebuah makhluk kecil yang mampu hidup selama beribu, berjuta, bahkan ber milyaran tahun.  

Buku adalah samudra, di mana kita dapat melihat keindahan seluruh makhluk hidup di dalamnya. Berbagai keunikan dan keanehan penghuninya dapat ditemukan di sana. Siapapun yang menyelam lalu mengambil apa-apa di dalam samudra tersebut pasti beruntung. Apalagi, hal itu dijadikan rutinitas sudah mesti tidak sia-sia. Yang jelas, orang itu memperoleh label best person. Meski buku merupakan benda mati, tetapi ia hidup dan bergerak. Sekali hidup, buku mampu menerangi pemandangan yang paling suram, semu, dan gelap dengan lampu pijar yang terang dan membentang. Sekali gerakan, buku mampu menjebol dinding kedunguan walau setebal tembok China sekalipun.

Menjadi pemikir kritis 

Sudah semestinya kita merawat buku sebagaimana kita membanding luruskan dengan menjaga sejarah. Pentingnya merawat sejarah telah disampaikan oleh Bung Karno dalam pidatonya yakni, "Jas Merah" (Jangan Pernah Sekali-kali Melupakan Sejarah). Pesan itu benar-benar memiliki makna dan implikasi yang mendalam. Pertama, sejarah berperan penting sebagai pijakan dan solusi atas masalah atau fenomena buruk pada masa kini dan kemudian hari. Kedua, sejarah merupakan napak tilas untuk memberitahu bahwa ada perjuangan yang mendirikan peradaban. Ketiga, untuk menjaga nilai keotentikan dan keorisinilan sejarah, maka harus ditulis dan dibukukan agar rekam jejaknya tidak punah.

Disini kita dapat melihat betapa pentingnya peran buku sebagai tubuh dari anggota badan Sejarah. Buku adalah media pengantar paling ampuh untuk menciptakan manusia bermutu dan berkualitas. Semua kalangan paham bapak Intelektual Indonesia yang memiliki karya 9 jilid buku. Buku itu berisi berbagai macam pengetahuan, mulai dari ekonomi, filsafat, politik, hingga teori-teori sosial yang menjadi acuan berdirinya negara Indonesia. Beliau adalah Bung Hatta yang gemar mengoleksi banyak macam judul buku. Dibaca kemudian dimengerti semua koleksi bukunya hingga mendapat julukan Biciliofi. Berkat prinsip keteguhan beliaulah dalam membaca buku, kita dapat mengenal gagasan intelektual, rumusan ide, serta pembentukan ideologi-ideologi yang berhubungan dengan kemerdekaan Indonesia.

Kita juga memiliki sosok figur yang berpengaruh dalam kemajuan literasi serta kemajuan peradaban bangsa Indonesia berkat buku. Seperti Tan Malaka yang mencetuskan ide "Republik Indonesia". Ki Hadjar Dewantara yang memajukan pendidikan Indonesia melalui pengalaman belajarnya di Belanda dan mengenal betul cara pengajaran dari filsuf pendidikan asal Italia, Maria Montessori. Semua manusia ini bermutu dan berkualitas, sekali lagi, berkat buku yang selalu dibawa, dibaca, kemudian diamalkan isi-isinya hingga dapat membentuk suatu sistem kehidupan yang baik. membentuk SDM manusia yang pintar, cerdas, dan bermartabat. Bayangkan saja, jika gagasan dan pernyataan mereka dari ketekunannya membaca buku dan menulis buku tidak ada di bumi Pertiwi ini, Jelas kehidupan Indonesia tidak sejahtera dan semakmur ini.

Perlu Dikembangkan

Sebelum memiliki kemampuan dalam hal membaca dan menulis, Orhan Pamok semasa kecil kerap mengamati benda-benda yang tertata di rak dalam rumahnya. Sesekali, ketika anak kecil itu bermain, ia berhenti kemudian memperhatikan dengan detail apa sebenarnya benda-benda yang ditata di rak atau kadangkala dibiarkan menumpuk begitu saja. Ternyata benda-benda itu adalah buku dengan macam-macam judul koleksi milik sang Ayah. Setelah mengetahui hal itu, Orhan Pamok membiasakan diri dengan membacanya meski kadang ia mengerti atau kadang pula tidak mengerti sama sekali mengenai isi dan maksud dari buku-buku itu. Bertahun-tahun kemudian, Orhan Pamok dewasa dan menjadi penulis terkenal berkat karya novel fenomenalnya, Namaku Merah Kirmizi pada tahun 2006. Penulis terkemuka asal Istanbul, Turki tersebut, diganjar dengan penghargaan Nobel Sastra dunia pada 2016.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun