Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Memberi Maaf Dulu Sebelum Meminta Maaf

26 Mei 2020   07:24 Diperbarui: 26 Mei 2020   07:27 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Design vector created by freepik - www.freepik.com

Oleh karenanya kita harus mawas diri. Introspeksi karena kitapun punya salah. Seperti kata khatib jumat, kewajiban manusia adalah berlapang dada dan memaafkan kesalahan orang lain sembari memohon ampunan kepada Allah.

Maka dari itu, momen lebaran idul fitri ini harusnya bisa kita manfaatkan untuk meraih ampunan Allah serta menjadi pribadi yang bertakwa. Momennya pas, yaitu halalbihalal, bermaaf-maafan.

Khatib jumat itu juga mengingatkan untuk tidak malu meminta maaf terlebih dahulu. Memaafkan kesalahan orang lain juga tidak akan merendahkan kita. Tapi justru akan mengangkat derajat kita dihadapan Allah.

Seusai mendengar khutbah jumat itu saya pun mulai sadar diri. Oiya, selama ini saya diselimuti rasa kesal, rasa sakit hati melihat tingkah laku unik warga +62. Tidakkah saya takut rasa di hati itu tertinggal mengotori hati dan memperberat timbangan keburukan di hari akhir nanti?

Sepanjang hari jumat itu sayapun merenungi makna khutbah jumat itu. "Maafkanlah kesalahan orang lain, karena kita juga punya salah. Kalau sudah, bersegeralah meminta maaf apabila punya salah. Lalu tutuplah dengan memohon ampunan kepada Allah", begitu nasehat sang khatib.

Bisa jadi kita sudah memaafkan orang lain tapi Allah belum memberi maghfiroh kepada kita karena kita tak segera meminta maaf kepada orang yang sudah kita sakiti. Memaafkan kesalahan orang lain adalah bentuk kepalangan dada dan kebaikan. Sementara meminta maaf adalah bentuk kejujuran kita bahwa memang kita juga tak luput dari salah.

"Balaslah keburukan dengan kebaikan", begitu kata pepatah. Sudahlah saya juga sudah sadar, tak perlu saya membalas orang-orang yang melakukan pelanggaran PSBB dengan ikut melanggar aturan juga. Tak perlu saya membalas orang yang melanggar anjuran mudik dengan melakukan mudik juga.

Saya sadar, saya tak perlu sampai sejauh itu hingga takutnya merusak puasa ramadan. Lebih baik memaafkan mereka dan mendoakan kebaikan. Bukankah itu lebih baik dan lebih melegakan?

"Bukalah pintu maaf dan berlapang dada memaafkan kesalahan orang lain"

Jangan sampai di hati kita tertinggal rasa benci dan dengki. Maafkanlah kesalahan orang lain, balas dengan kebaikan. Bersegeralah meminta maaf, karena kitapun pasti punya salah dan segeralah memohon ampunan Allah untuk meyempurnakannya agar Allah menimpakan ridha dan maghfiroh-Nya. 

Jangan sampai juga, momen maaf-maafan di lebaran kali ini hanya formalitas belaka. Resapi dalam hati dan ikhlaskan segala ketentuanNya. Bukankah kunci kebahagiaan hidup salah satunya adalah ikhlas?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun