Mohon tunggu...
Irfan Dani
Irfan Dani Mohon Tunggu... Pembelajar -

Cinta merupakan akar dari semua kehidupan.. Jadikan Cinta sebagai landasan bertumpu untuk "menuju" kesempurnaan...

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Republik Digital

15 Oktober 2018   10:29 Diperbarui: 15 Oktober 2018   10:40 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gejolak modernisasi melanda Indonesia bukan hanya kemajuan teknologi transportasi tetapi juga teknologi informasi (media cetak dan media elektronik) yang semakin cepat berkembang. 

Kalau dahulu masyarakat mengetahui berita melalui kabar yang disampaikan secara langsung dari mulut ke mulut yang tentu memiliki keterbatasan dengan ruang lingkup dalam skala sempit. 

Seiring berjalannya waktu media informasi mulai mengalami kemajuan dengan hadirnya media massa seperti koran, majalah, radio, televisi hingga media sosial yang tak lepas dari dalam genggaman.

Tak seperti dulu, dewasa ini informasi (berita) tidak berjalan lambat akan tetapi lebih cepat dari "kecepatan cahaya" tergantung "kartu kuota" apa yang digunakan. Internet menjadikan berita-berita dengan sangat cepat bertebaran dengan versi yang berbeda-beda (tergantung motif pembuat berita).

Untuk mengantisifasi menjamurnya berita-berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, ada beberapa poin dalam kode etik jurnalistik yang penting diperhatikan oleh wartawan dalam mengemas informasi sebelum akhirnya di publikasikan, di antaranya mengenai independensi wartawan, menyajikan berita yang akurat berdasarkan fakta apa adanya (tanpa di pelintir-pelintir). 

Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, tidak mencampur adukan fakta dan opini. Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. (Kode Etik Jurnalistik, 24 Maret 2006) serta masih banyak poin-poin lainnya dalam Kode Etik Jurnalistik  yang perlu di indahkan sehingga hoax tidak menyebar luas menyelimuti pengetahuan publik dan tidak muncul opini bahwa media masa bukan lagi wadah untuk mengutarakan kebenaran akan tetapi dijadikan alat untuk menyempurnakan kepentingan.

Belakangan, Media massa sibuk menyebarkan berita - berita tanpa memastikan apakah benar berdasarkan fakta atau tidak (baca kode etik jurnalistik poin 3), sehingga hoax menggema di mana-mana. Akan tetapi dalam kasus media sosial banyak oknum-oknum yang dengan sengaja menyebarkan berita hoax demi mencapai keuntungan pribadi (akun-akun penyebar hoax demi kuntungan materil). Selain itu, media sosial juga dijadikan senjata oleh para pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan dan tak sedikit orang-orang yang ikut terlibat, sehingga belakangan lahir sosok netizen yang biasa dikenal dengan fenomena "Cebong dan Kampret" yang berselimut kebencian..

Jika dulu cekcok hanya biasa ditemui secara langsung (berlangsung nyata dalam dunia nyata) sekarang cekcok sering terjadi seakan tanpa henti dalam dunia maya (media sosial), sikut menyikut, saling sebar berita yang bertujuan melemahkan yang lainnya dan tak jarang netizen mengalami "baper" sehingga ikut hanyut dalam perdebatan panas berujung kebencian..

Informasi yang dimuat bukan lagi informasi yang diperoleh secara "by aksiden" akan tetapi informasi "by design" yang dirancang sedemikian rupa, ditambah dengan bumbu-bumbu penyedap kepentingan sehingga renyah untuk dikonsumsi publik sebagai rahang untuk melumat lawan kepentingan atau mempengaruhi publik hingga muncul stigma baru terhadap suatu hal. Hal tersebut menjadikan masyarakat kesulitan dalam menelaah mana berita yang akurat dan mana berita rancangan yang dijadikan senjata kepentingan..

Media massa memang sangat efektif dalam mempengaruhi psikologis publik dalam merespon fenomena yang terjadi dalam dunia penuh sandiwara. Akan tetapi saya masih sedikit percaya, barangkali masih ada media penyedia informasi yang jujur dalam memuat berita sesuai dengan realitas peristiwa yang barangkali masih independen menyampaikan suatu kebenaran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun