Mohon tunggu...
Ira Lathief
Ira Lathief Mohon Tunggu... Penulis - A Friend for Everybody, A Story Teller by Heart

Blogger、Author of 17 books、Creativepreneur, Founder @wisatakreatifjakarta @festivalkebhinekaan Personal Blog :www.iralennon.blogspot.com. IG @creative_traveler

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

(Oto)Kritik Kartini terhadap Islam

4 April 2018   18:51 Diperbarui: 4 April 2018   19:04 1281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: suaraislam.co

*Kartini, Pemikiran Tentang Islam dan Otokritik Terhadap Agama Sendiri*

Kalau membaca catatan sejarah, pemikiran pemikiran Kartini ttg Islam begitu banyak, tp entah kenapa yang bagian ini jarang diangkat ke permukaan, dibandingkan pemikiran Kartini ttg persaman hak wanita , misalnya. Ratusan tahun lalu, saat baru berusia belasan tahun /ABG, seorang Kartini sudah mampu berfikir kritis thd Agamanya sendiri. Segala kegelisahan dan curhat Kartini ttg kondisi umat Islam yg byk dijumpainya saat itu, ia tuangkan dlm surat surat kpd dua org sahabatnya yg org Belanda, Mrs Abendanon dan Stella.

Saya membayangkan, jika Kartini hidup saat ini, mungkin dia tinggal "curhat" saja di medsos ttg segala kegelisahannya, dan mungkin akan dg mudah mendapatkan likes dari mereka yg setuju atau malah sebaliknya, mendapat komen  semacam "agamamu apa sih?", "Kamu Islam bukan?" dari yg kontra atau sdh merasa paling beragama. Otokritik (kritik thd diri sendiri, tmsk terhadap Budaya dan Agama sendiri) saat itu terbilang sangat tabu. 

Tapi di dalam surat2nya, Kartini mengkritisi dan mempertanyakan banyak hal ttg femomena yg dijumpai di masyarakat, seperti mengapa orang Islam diharuskan menghapalkan kitab ayat2 Alquran , tanpa memaknai isi dan artinya (karena di zaman Belanda,  AlQuran dilarang diterjemahkan ke dlm bahasa lokal). Kartini jg mengkritisi Agama yg dijalankan hanya sebatas ritual saja, di sisi lain Agama jg sering dijadikan "alat" oleh sebagian orang utk melakukan dosa.

Apakah bentuk otokritik dlm agama sendiri diharamkan? Dan dengan mempertanyakan byk hal ttg Agamanya sendiri, apakah lalu menjadikan Kartini seorang Muslim yg lemah Iman? Padahal dalam banyak catatan sejarah, orang orang beragama yg mampu melakukan otokritik thd agamanya, akan terus melakukan pencarian menuju kebenaran Ilahi dg menggunakan akalnya sendiri yg merupakan anugrah Tuhan yg luar biasa. Sedangkan orang orang yg menerima ajaran Agama hanya sbg sekedar Dogma Dogma adlh berbahaya.  

Lalu dengan banyak melakukan otokritik thd Agamanya, menjadi "kurang Islami" kah Kartini? Setiap orang mgk punya jawaban masing2 tergantung persepsinya. Tapi Sejarah telah mencatat, bahwa dalam hidupnya,  Kartini telah mengamalkan dan menjiwai nilai nilai Islam yg substansial ke dalam seluruh perjalanan hidupnya, yg terwujud dalam segala ucapan (lisan/tulisan) , perilaku,  tindak tanduk dan karya baktinya utk sesama, spt menolong begitu banyak orang  di sekitarnya utk keluar dari kemiskinan dan kebodohan. 

Kartini pula, yg mendorong seorang Kyai Soleh Darat, utk menterjemahkan Al Quran ke dlm bahasa lokal (bahasa Jawa) , yg di kemudian hari mjd cikal bakal diterjemahkannya Al Quran ke dlm bahasa Indonesia.

Dalam hidupnya, Kartini telah menunjukkan bahwa keberanian dan kemampuan melakukan Otokritik thd Agama sendiri adlh sebuah proses utk terus menemukan spritualitas dan kebenaran Ilahi. Otokritik Kartini thd situasi Islam saat itu, adalah pemikiran yg progresif dan jauh melampaui zaman dimana ia hidup, tapi juga masih relevan hingga kini.

Mungkin kalo Kartini hidup di Indonesia saat ini dan berani mengungkapkan segala otokritik terkait Agamanya sendiri kepada publik , ia akan dg mudah dilaporkan sekelompok orang dg tuduhan "penistaan agama".

Untungnya Kartini tdk hidup di zaman now.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun