Mohon tunggu...
Ira Kusumawati
Ira Kusumawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Uin Saifuddin Zuhri

Hobi jalan-jalan, hobi terkendala karena hidup di ponpes. Suka menikmati konten menghibur dan konten mendidik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Bandongan dan Sorogan di Pesantren Salaf

23 Juni 2022   17:58 Diperbarui: 23 Juni 2022   17:59 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri: Santri Ponpes Roudlotul Ulum sedang bandongan.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan berbasis Islam. Pesantren di Indonesia sudah lama ada. Bahkan, pesantren sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Sekarang pesantren sudah tersebar di seluruh Indonesia dengan paling banyak di Jawa.

Orang yang belajar di pesantren biasanya disebut santri. Setiap pesantren diisi oleh santri dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan tidak sedikit orang luar negeri yang datang untuk belajar dipesantren yang ada di Indonesia. Juga meningkatnya minat orang tua untuk mengirim anaknya ke pesantren agar anaknya tidak hanya mendapat ilmu dunia, tapi juga ilmu akhirat.

Selain itu, hidup di pesantren merupakan relief kehidupan di masyarakat kelak. Dengan berbagai watak dan kepribadian orang yang berbeda-beda, setiap santri dipaksa untuk bisa berbaur. Di pesantren juga setiap santri harus hidup mandiri. Belajar menyelesaikan masalah sendiri tanpa campur tangan orang tua. Santri diibaratkan mutiara yang sedang dibentuk di dalam kerang. Dari kumpulan debu-debu terbentur proses lama kemudian terbentuk. Begitu pun dengan santri dengan menemui berbagai macam masalah dan waktu yang lama kemudian terbentuk.

Sistem pembelajaran di pesantren dilakukan dengan bandongan dan sorogan. Bandongan yaitu pembelajaran kitab kuning, kitab kuning berisikan tulisan arab tanpa harokat, dibacakan oleh asatidz atau asatidzah dengan harokat dan makna kemudian para santri menulis dikitabnya masing-masing. Setelah itu, pengajar menerangkan isi dan menjabarkan hukum bacaan pada kitab kuning yang sedang dibahas.

Sedangkan sorogan, santri maju satu persatu kepada pengajar membacakan kitab kuning dengan makna dan penjelasannya dengan tujuan para santri lancar saat membacakan kitab kuning dan dapat memahami dan menjelaskan apa yang ada dikitab kuning tersebut. Kegiatan ini biasanya dilakukan seminggu sekali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun