Mohon tunggu...
Sri Ken
Sri Ken Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Swasta

Suka masak sambal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tak Perlu Merasa Terganggu dengan Keragaman

7 April 2023   19:46 Diperbarui: 7 April 2023   19:55 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya merasakan bahwa semakin hari kita semakin jauh dari kata toleran. Terutama di beberapa daerah. Beberapa minggu lalu kita bertemu dengan fakta bahwa sebuah patung bunda Maria harus ditutup terpal karena dianggap mengganggu umat lain yang sering beribadah di dekat situ.  Beberapa tahun sebelumnya juga ada fakta sebuah patung Budha yang ditutup terpal karena terlihat mencolok oleh beberapa kendaraan yang lewat di sana.

Kini terjadi penyegelan sebuah gereja di kabupaten Purwakarta karena dianggap menyalahi aturan yang ada. Ditambah dengan keberatan dari beberapa pihak dengan keberadaan gereja tersebut. Sehingga bupati yang turun sendiri menutup tempat ibadah itu merasa cukup alasan untuk melakukan itu.

Mungkin kita lupa bahwa sebuah kepercayaan atau keyakinan itu semestinya tidak akan luntur hanya karena melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan dirinya atau pendapatnya. Adanya patung di sebuah rumah doa (yang sifatnya privat karena berada di halaman rumah tersebt) seharusnya tidak menjadi penghalang bagi keyakinan lain bagi seseorang. Seharusnya dia tidak terpengaruh dengan patung tersebut. Toh patung itu tidak akan mengejar kita atau menggoda kita dan memaksa kita untukmenganut kepercayaan dia.

Beberapa dari kita mungkin lupa bahwa kita hidup di rumah besar bernama Indonesia yang penuh dengan keragaman. Keragaman yang kita miliki itu ada sejak dahulu. Bangsa kita yang mendiami dari saban sampai meraukepun punya keragaman yang sangat banyak. Karena itu ada semboyan bhinekka tunggal ika. Berbeda tetapi tetap satu juga.

Ada dan banyaknya keragaman semestinya kitab isa menerima mereka yang berbeda dengan baik. Bai umat Hindu yang menjadi mayoritas di Bali, perbedaan menjadi biasa bukan hanya karena mereka terbiasa dengan umat asing, tapi karena mereka sadar bahwa mereka adalah bagian dari rumah besar bernama iNdonesia itu.

Di Bali kita akan menemukan salat tarawih yang boleh dilakukan pada saat nyepi. Bahkan mereka dikawal meski harus berjalan kaki karena umat Hindu harus melakukan nyepi yang tidak memungkinkan melakukan kegiatan seperti biasa. Tak jarang juga Idul Fitri juga berlangsung bersamaan dengan nYepi. Keduanya sama-sama menghormati.

Dari semua hal di atas mungkin kita bisa belajar dengan lebih baik. Bagaimanapun kita ditakdirkan untuk berbeda; dengan berbagai keragaman. Sehingga kita juga harus menyesuaikan diri dengan hal itu. Tidak perlu terganggu dengan segala perbedaan itu. Karena bagaimanapun jika kita sudah yakin pada keyakinan kita, tak akan ada yang menggoyahkan keyakinan itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun