Mohon tunggu...
Sri Ken
Sri Ken Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Swasta

Suka masak sambal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lebur untuk Jadi Satu

22 Agustus 2019   21:23 Diperbarui: 22 Agustus 2019   21:31 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin sesekali bisa melihat keragaman perayaan 17 Agustus lalu. Banyak daerah menampilkan kemeriahan yang beraneka. Tak kalah juga di luar negeri mereka juga berusaha memeriahkan peringatan itu dengan sukacita yang sama.

Panjat pinang misalnya. Kemeriahan dengan memanjat pinang sebenarnya adalah kebiasaan yang berasal dari daerah Sumatera dan NTT karena di sana pinang sangat banyak. Tapi kemudian kebiasaan itu disubstitusi ke beberapa daerah di Indonesia bahkan sampai ke beberapa daerah terluar yang mengganti pinang dengan pohon lainnya. Tentu ini sangat menggembirakan karena semua bisa memeriahkan dengan rasa yang sama yaitu gembira dan suka cita.

Kita juga melihat di media beberapa peringatan 17 Agustus di luar negeri. Meski kemeriahannya agak berbeda dengan peringatan di dalam negeri (kecuali upacaranya) tapi mereka sangat sukacita karena merayakannya misalnya dengan lomba tarik tambang atau berlari dengan membawa kelereng di sendok. Penutupnya mereka menyantap makanan khas Indonesia yang mnungkin jarang mereka temukan di tanah orang.

Yang bisa kita tangkap dari semua kemeriahan itu adalah satu hal yaitu  rasa gembira bahwa negara kita mencapai umur tertentu, sekaligus merupakan tantangan ke depan agar kita bisa melampaui banyak hal di depan.

Sama dengan aneka kemeriahan itu, banyak hal berbeda di negara kita. Ada adat yang berbeda. Ada makanan yang berbeda. Ada bahasa yang berbeda . Ada symbol yang berbeda dan juga keyakinan yang berbeda.

Perbedaan itu juga yang disadari oleh para founding fathers kita ketika mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Saat itu adalah keadaan revolusi dimana sekutu membantai habis Jepang yang sedang menjajah beberapa negara di Asia termasuk Indonesia. Sesaat setelah bom Hiroshima dan Nagasaki di jatuhkan di Jepang, maka negara-negara Asia itu mempersiapakan kemerdekaannya dengan tergesa. Tak kurang dari Indonesia dan Korea yang mempersiapkan kemerdekaannya itu.

Ketika menyusun dasar-dasar negara dan beberapa atribut kenegaraan lainnya, para founding fathers itu yakin bahwa mereka harus mengambil intisari nilai-nilai dari keberagaman itu. Mereka menyaringnya dan kenudian didapatkanlah Pancasila, semboyan negara Bhineka  Tunggal Ika dan beberapa atribut negara lainnya.

Semua adat, semua bahasa dan semua keyakinan lebur dalam Pancasila, Lambang negara dan semboyan kita itu. Landasan negara kita adlah intisari dari semua hal yang ada di negara kita itu. Sehingga tak berlebihan jika Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum.

Karena itu kita harus bersyukur diberi perekat yang bisa membuat kita bersatu dan bersama-sama melangkah ke depan dengan optimis. Banyak perbedaan diantara kita tapi tetap satu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun