Mohon tunggu...
Iqbal Tawakal
Iqbal Tawakal Mohon Tunggu... Konsultan - Jakarta

Artikel baru, setiap Rabu dan Sabtu. Lihat artikel lainnya di bit.ly/iqbalkompasiana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pandemi Berlanjut, Kaum Jomblo Kalang Kabut

21 November 2020   08:49 Diperbarui: 21 November 2020   09:03 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Tirachard Kumtanom dari Pexels

Jangankan menjalin hubungan baru. Menjaga hubungan yang ada saat ini saja sudah cukup sulit. Bahkan selalu berada di ujung tanduk, alias terancam kandas. Karena setiap orang, saat ini, kondisinya sedang kurang optimal, baik secara personal, emosional, maupun finansial. Itulah mengapa, angka pernikahan semasa Perang Dunia dan Krisis Moneter sangat rendah. Ancaman terhadap kesehatan, risiko kematian, dan ekonomi yang tak stabil memang menguras tenaga, menyita waktu dan pikiran.

High Risk, High Stake

Kembali ke penggunaan dating apps tadi. Kencan online, di tengah krisis dan tingginya risiko tersebut di atas, masih jadi pilihan dan eskapis bagi banyak orang. Match Group, yang mengampu sejumlah apps kencan online beken seperti Tinder, OkCupid, dan Hinge, menyebutkan adanya peningkatan jumlah user sebanyak 11% untuk periode yang sama ketimbang tahun lalu. Namun, meski jumlah user meningkat, interaksi di dalamnya tak banyak berubah, cenderung menurun.

Dulu, user sangat trengginas dalam berinteraksi melalui dating apps. Tujuannya, match sebanyak-banyaknya, dan chat semua orang. Semakin banyak pilihan, semakin baik. Dopamine dan adrenalin terpacu. Semua serba cepat, instan, relatif mudah. Swipe, match, chat, meet-up. Cocok lanjut. Tak cocok tinggal.

Hingga, di awal-awal pandemi, tak ada seorang pun yang berani keluar rumah. Faktor-faktor utama, seperti bibit, bebet, bobot yang ditambah faktor risiko kesehatan secara langsung membuat user lebih selektif dalam memilih orang-orang baru yang dikenal melalui dating apps maupun media sosial. Proses skrining profil menjadi lebih ekstensif. Is this person worth the risk or not?

Apps kencan online pun terus berinovasi. Kini, banyak apps dilengkapi dengan fitur video date. Sebagai langkah awal, ketika match, user bisa menggunakan video date. Lalu, lebih lanjut user juga bisa menggunakan apps video lainnya seperti Gmeet, Zoom, atau FaceTime. Tak perlu terburu-buru. Kenali satu sama lain sebelum memutuskan untuk bertemu secara langsung atau tidak. User menjadi kian cermat dalam mempelajari dan memperhitungkan faktor risiko, karena taruhannya terlalu mahal.

Maka terms & condition bisa saja berlaku. Misal, kapan waktu terbaik untuk kopi darat, kapan harus melepas masker ketika kencan, makan di tempat tertutup atau terbuka, bertemu di mana, apa yang boleh dilakukan, apa yang harus ditahan. Tak hanya berlaku pada orang yang baru dikenal, pasangan LDR pun mungkin harus melakukan hal yang sama. Bagaimana batasan-batasannya. Hal-hal di luar kesepakatan, seperti memeluk pasangan secara spontan, bisa membuat situasi jadi kikuk.

Ketatnya protokol kencan hari ini mungkin terdengar ribet. Tapi, kembali lagi, is this person worth the risk or not? Dan karena risiko tatap muka ini begitu tinggi, rasa kecewa yang muncul karena hal-hal di luar ekspektasi juga tinggi.

Long-term & committed relationship

Waktu terus bergulir, ketika sebagian kaum jomblo mulai kuatir kehilangan momentum melepas masa lajang. Namun, itu dulu. Sekarang, perubahan-perubahan ini memaksa banyak orang untuk beradaptasi. Dan siapa sangka, pandemi juga mengajarkan kita, kaum lajang, termasuk saya, cara pandang lain dalam menyikapi suatu hubungan.

Ketika slow, long-term, well-selected, high risk, high stake relationship menjadi jenis hubungan asmara model baru, hal-hal yang serba cepat, cepat kenal, cepat suka, cepat juga putus menjadi kurang menarik. It's not worth the time and effort. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun