Mohon tunggu...
Iqbal Maulana
Iqbal Maulana Mohon Tunggu... Freelancer - Membaca dan Menulis

Seorang pembaca, pendengar musik dan penikmat teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Google, Berawal dari Sebuah Web Menjadi Sebuah Budaya

15 Juli 2019   11:30 Diperbarui: 15 Juli 2019   19:34 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://hdwpro.com/wp-content/uploads/2017/10/Super-Google-Wallpaper.png

Pada tahun 1999, Kleiner Perkkins dan Sequoia Capital menginvestasikan $25 juta kepada Google. Dengan merebaknya bisnis dot.com pada saat itu, Google bukanlah pencetus untuk mesin pencari. Banyak perusahaan lain yang telah memiliki produk andalannya masing-masing yang menguasai pangsa pasar mesin pencari. Ada Alta-vista, Ask Jeeves, Web Crawler dan Lycos. Lalu kenapa Google tetap semakin eksis sedangkan para kompetitornya tidak?

Sebuah Budaya.

Menurut Koentjaraningrat, pengertian budaya adalah semua sistem ide, gagasan, rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang nantinya akan dijadikan klaim manusia dengan cara belajar. 

"Tanya aja sama Mbah Google" begitu seringkali ungkapan yang kita dengar apabila ada pertanyaan yang tidak mampu dijawab. Google, dengan teknik branding yang kuat telah tertanam di pemikiran masyarakat sebagai solusi permasalahan terkait dengan informasi. 

Padahal,20 tahun lalu Google hanyalah perusahaan baru dan kecil, berbeda dengan Alta-Vista dan Ask Jeeves yang telah matang sebagai pemain senior dalam bisnis mesin pencarian. 

"Dont Be Evil" janganlah berbuat jahat, merupakan slogan ajaib dalam manajemen Google. Sebuah pemikiran radikal yang menyatakan bahwa layanan Google bisa didapatkan secara gratis terus diusahakan oleh seluruh komponen Google. Maka jangan heran, dengan sebuah akun Google yang bisa dibuat secara gratis, kita telah mendapatkan 15GB Drive dan 15 GB gmail. Belum lagi mudahnya akses akun Google yang terintegrasi berbagai macam website penyedia jasa, membuat Google semakin diminati dari tahun ke tahun.

Mencoba melihat mimpi yang lebih besar, Google membuat banyak layanan selain mesin pencari. Tidak jarang, langkah-langkah radikal dilakukan. Bahkan, berbagai langkah radikal Google telah memicu konflik dengan perusahaan lain. Sebut saja konflik antara Gmail dengan pendahulunya, Hotmail atas dasar persamaan layanan. 

Google dengan visi yang besar, akhirnya telah berhasil membangun "Budaya" nya sendiri. Sebuah cara dan gaya hidup baru, dan akan terus turun menurun pada masyarakat. Budaya "Tanya saja Mbah Google" akan terus ada, seiring semakin mengguritanya jasa dan pelayanan Google.

 Corak kebudayaan baru yang berdasarkan Globalisasi telah merambah, menghasilkan sebuah kebudayaan digital baru yang belum pernah ada di sepanjang perjalanan manusia. 

Sumber

 

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun