Mohon tunggu...
Iqbal GilangRamadhan
Iqbal GilangRamadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Sejarah Desa Blacanan Kabupaten Pekalongan.

1 Oktober 2022   12:51 Diperbarui: 1 Oktober 2022   12:55 2186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata sejarah berasal dari bahasa arab yaitu “syajaratun” (syajarah) yang memiliki arti pohon kayu. Makna yang terkandung dari pengertian pohon kayu ini adalah melambangkan adanya kejadian dan pertumbuhan. Sejarah yang berarti pohon, juga berarti keturunan, asal-usul atau silsilah, oleh sebab itu apabila seseorang mempelajari sejarah, tentu juga akan mempelajari keturunan, asal-usul dan silsilah. Sejarah merupakan suatu cerita, kisah, atau pengetahuan mengenai peristiwa yang telah terjadi dalam masyarakat di masa lampau sesuai dengan urutan kausalitasnya dan proses perkembangannya yang harus diketahui asal-usulnya agar dapat berguna sebagai pedoman kehidupan manusia masa sekarang dan masa yang akan datang. Suatu peristiwa akan meninggalkan bekas yang dapat digunakan sebagai saksi atau bukti bahwa peristiwa tersebut benar-benar terjadi. Sejarah juga menjadi acuan dalam setiap perubahan yang terjadi di masa sekarang dan masa yang akan datang.

Setiap yang berada saat ini memiliki cerita atau asal-usulnya di masa lampau, seperti sejarah sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia, sama halnya dengan suatu wilayah yang berada di daerah terpencil, seperti desa. Tak banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui tentang sejarah sebuah desa/pedesaan, di setiap daerah dan masyarakat yang menempati daerah tersebut. Hal ini dikarenakan masyarakat yang berada di Desa tidak begitu memperdulikan sejarah daerah tempat tinggalnya.

Desa Blacanan adalah salah satu desa yang berada di kecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalonga, Jawa Tengah yang sudah ada sekitar 1522-1527 M. Pada 1522-1527 Desa Blacanan ini dahulunya berawal dari sebuah padepokan yang dibangun oleh Syeikh Abdul Malik Amir Maghribi saat berdakwah keliling tanah jawa. Saat ini padepokan blacanan terbagi menjadi dua yaitu nama desa disebelah timur dengan nama Depok dan di sebelah barat dengan nama Blacanan. Dahulunya, aktivitas masyarakat desa Blacanan adalah sebagai nelayan, tetapi untuk saat ini mata pencaharian masyarakat desa Blacanan adalah UMKM berupa konveksi.

Sejarah Desa Blacanan

Awal mula munculnya desa Blacanan adalah diawali dengan suatu kejadian atau peristiwa di masa lampau. Pada penyerbuan Fatahillah ke Sunda kelapa 1522-1527 M saat itu terjadi pula perpindahan ribuan pasukan Demak Bintoro menuju Sunda Kelapa (sekarang Jakarta). Syaikh Abdul Malik Amir Magribi dan putranya yang bernama Husain menyertai Fatahillah berjihad ke Sunda Kelapa, dari jihad fi sabilillah Syaikh Abdul Malik Amir Magribi kemudian melakukan dakwah berkeliling tanah jawa dan membangun Padepokan Blacanan di daerah Pekalongan seperti ayahnya yang juga seorang penasehat di Padepokan Trengguli Wonosalam Demak. Beliau bersama Syaikh Hasan Tohir merupakan salah seorang ulama yang hidup pada masa Kerajaan Demak. Beliau bermukim di Demak, lokasi tepatnya sekarang adalah di Desa Trengguli, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak.

Semasa hidupnya beliau bersama kyai dan tokoh agama Islam lainya bermukim di tempat yang digunakan untuk mendidik para calon kyai yang akan diterjunkan di sejumlah daerah. Terdapat Sembilan guru ahli agama yang menguasai berbagai ilmu, seperti ahli nahwu, ahli ilmu kanuragan, pengobatan, Fiqih, Tauhid, Tashawuf dan ilmu lainnya. Tokoh yang berada di padepokan Trengguli tersebut antara lain: Syekh Maulana Abdurrahman bin Syaikh Ibrohim Husain Magribi bin Syekh Abdullah (penasehat), Syaikh Hasan Tohir (pengasuh padepokan), anggota pengasuh: Syaikh Ali Ahmad, Nyai Sayidah Siti Arifah (istri Syaikh Hasan Tohir, Syaikh Mutholib, Syaikh Maulana Saifuddin, Syaikh Abdul Manan, Syaikh Abdul Malik Amir Maghribi, Syaikh Abdul Ghofur.

Kesembilan guru tersebut mendidik para santri dengan tahapan yang detail dan cara yang mudah dipahami. Para guru tidak hanya mendidik soal agama, cara beribadah yang benar, membiasakan semua langkah dengan Dzikir, tetapi juga diberi penguatan tentang kanuragan, pengobatan, dan khususnya ilmu Thoriqoh yang mana semua ilmu tersebut sangat bermanfaat untuk syiar islam. Pendidikan di Padepokan Trengguli ini juga mendapat pengajaran langsung dari majlis Walisongo, seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Gunungjati, dan Sunan Kudus. Tokoh agama ini menjadi guru ilmu-ilmu sufi khos (Thoriqoh).

Para santri yang dinyatakan mumpuni langsung diarahkan untuk menyebarkan Islam ke daerah penjuru Nusantara. Bahkan ada yang yang berdakwah syiar Islam sampai ke manca Negara. Peran padepokan ini terbukti mempercepat penyebaran ajaran Islam di Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu, Padepokan Trengguli seperti tak meninggalkan jejak.

Para pengasuh dan pendiri padepokan meninggal, serta anggota yang lain banyak meninggalkan padepokan untuk menyebarkan ajaran agama islam. Seperti halnya padepokan Blacanan di Pekalongan yang lenyap ditelan waktu. Kini yang tersisa hanyalah sejarah. Namun tak dipungkiri bahwa hasil perjuangan mereka telah mendukung perjuangan dalam menyebarkan Islam di Indonesia, bahkan sampai Malaysia, Brunei Darussalam, Phillipina, Thailand, dan Kamboja. Maka jika ditelusur dari sejarah diatas, Syaikh Abdul Malik Maghribi adalah tokoh belakang layar dibalik berdirinya Jayakarta ibukota Republik Indonesia di masa lalu (masa Fatahillah) maka makam putra dan cucu beliau yang bernama Datuk Husain di Jayakarta dan datuk Ibrohim di Condet sangat dirawat oleh masyarakat Condet bahkan didirikan mushola di sana yang bernama Mushola Assa’adah di Gang datuk Ibrohim Condet Balekambang Jakarta Timur.

Oleh karena itu, tidak asing lagi bagi masyarakat Depok Blacanan khususya dan Pekalongan pada umumnya untuk menguji iman dan nasibnya merantau ke Jakarta seperti jejak leluhurnya karena tanda disadari Jakarta-Pekalongan mempunyai ikatan emosional turun-temurun, maka sebab itu tak banyak yang merantau ke Semarang atau Surabaya atau jauh ke Madura. Diriwayatkan dalam kitab Syajaroh li syaikh ahmad bin ali bin umar Jakarta bahwa Syaikh Abdul Malik Amir Maghribi adalah putra Syaikh Abdurrahman Al Maghribi. Dalam kitab syajaroh diriwayatkan ketika Syaikh Abdul Malik Amir Magribi wafat, beliau dimakamkan di Padepokan Blacanan bersama cucu beliau yaitu Syaikh Datuk Ahmad bin Ali Jatinegara dibawah rindang pohon Tanjung sari anom yang saat ini berada di lokasi wisata Pantai Depok.

Kini Padepokan Blacanan menjadi nama desa disebelah timur dengan nama Depok dan di sebelah barat dengan nama Blacanan dengan bukti kitab-kitab tersebut serta riwayat para sesepuh dan orang-orang tua yang masih mengingatnya di memori mereka dalam wawancara dengan beberapa warga sekitar bahwa mereka sempat melihat ada makam kuno di bawah pohon tanjung sari anom. Maka tak aneh jika di daerah sekitar Padepokan Blacanan dipesisir pantura Pekalongan Pemalang bertebaran makam-makam tua para penyebar islam, di mana makamnya ada yang masih terawat dan ada pula yang lenyap karena perubahan alam atau karena tangan jahil manusia seperti:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun