Mohon tunggu...
Iqbal Fadillah
Iqbal Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - bismillah

bismillah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Dicky: Kepala Keluarga yang Tetap Berjualan di Tengah Pemberlakuan PPKM Darurat

10 Juli 2021   01:57 Diperbarui: 10 Juli 2021   02:25 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Mentari pagi mulai beranjak naik saat Dicky (28) mendorong gerobaknya untuk segera berjualan di Jalan Margonda, Depok, Jawa Barat. Bapak 2 anak ini, memutuskan keluar rumah untuk berjualan siomay setelah sebulan bertahan tinggal di rumah di kampung halamannya Garut, Jawa Barat. "Disuruh tinggal di rumah karena ada corona, dan sulit kembali ke Depok karena harus swab dll. Sudah sebulan tidak jualan. Hasilnya malah minus," kata Dicky.

Dicky merupakan salah satu wirausaha yang bergerak di bidang kuliner, yaitu pedagang kaki lima yang berada di Jalan Margonda, Depok. Menjadi wirausaha di bidang kuliner sudah lama ditekuni Dicky, sehingga penghasilan utamanya hanya mengadalkan usahanya ini. Namun, akibat adanya pandemi Covid-19 memberikan dampak besar terhadap hasil penjualannya, sehingga hal ini mempengaruhi kondisi perekonomian Dicky dan keluarga.

"Penghasilan sebelum PPKM saja sudah sepi, apalagi diberlakukan PPKM seperti ini," ungkap Dicky.

Butuh uang untuk kuota internet anak belajar di rumah

"Dalam sehari rata-rata terjual 30 sampai 50 piring. Dulu waktu sebelum PPKM. Sekarang baru empat hari mulai lagi. Pendapatan turun karena pelanggan berkurang juga," ujar Dicky dengan raut wajang menerawang. Dicky merupakan salah satu kepala keluarga yang terpaksa harus tetap berjualan di tengah berlakunya PPKM karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Dicky berasal dari Garut, Jawa Barat, sehingga istri dan anaknya berada di sana, namun Dicky harus bekerja dan merantau ke Depok dan terpaksa dia harus berjauhan dengan keluarga kecilnya.

Sebagai kepala keluarga, Dicky harus membiayai seluruh kebutuhan rumah tangga setiap bulannya. Penghasilan istrinya sebagai pedagang nasi uduk, kadang tidak menentu. Selain kebutuhan makan sehari-hari, Dicky juga harus memikirkan biaya sekolah anak. Anak tertuanya kini duduk di bangku 6 SD. Meskipun ada program belajar di rumah, itu pun harus mengeluarkan biaya untuk kuota internet. Alih-alih penggunaan listrik juga meningkat. "Kami juga tak dapat subsidi PLN. Waktu dicek tercatat keluarga mampu. Padahal pekerjaan dan rumah seperti ini," beber bapak asal Garut, Jawa Barat itu.

Tak dapat bantuan Pemerintah

Dicky pun berharap pemerintah tidak pilih kasih dalam menyalurkan bantuan terkait Covid-19. Selama 20 tahun menjadi warga Garut, Dicky mengaku kerap terlewatkan dalam program bantuan. "Kemarin didata ulang karena terlewatkan. Padahal rumah di sekitar yang punya mobil sudah didata duluan," ujar dia. Menurut Dicky, dirinya juga merasa khawatir terhadap wabah corona yang tengah menghantui saat ini. Namun, kekhawatiran itu harus dikubur dalam-dalam karena alasan ekonomi. Bagi Dicky, asap dapur lebih penting mengepul dari pada ancaman virus yang tak jelas ujudnya. "Siapa yang tidak khawatir mas. Tapi kami kan orang buruh kayak gini. Kalau gak kerja gak makan," pungkasnya.

Khawatir PPKM

Dicky mengumpulkan rupiah dengan berjualan di Jalan Margonda, Depok. Selama PPKM, banyak kantor yang meliburkan pegawai. Jika pembatasan sosial diberlakukan dalam jangka panjang, Dicky, khawatir roda perekonomiannya kembali macet. Dia pun tak ingin terjerat utang jika penghasilan tak lagi mencukupi kebutuhan hidup. "Mudah-mudahan cepat pulih lagi. Kalau sampai utang-piutang, habis sudah." tutupnya. Ada pun Kepulauan Depok saat ini masuk ke dalam zona merah, Covid-19.

Banyak sekali para pelaku wirausaha, khususnya di bidang kuliner yang penjualannya menurun drastis akibat terdampak Covid-19, salah satunya Dicky selaku sebagai seorang kepala keluarga. Untuk menafkahi keluarganya, Dicky harus berjualan di tengah pandemi yang kian mengkhawatirkan dan harus rela berjauhan dengan keluarga kecilnya. (IF)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun