Mohon tunggu...
iqbal ajie saputra
iqbal ajie saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Frelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya iqbal ajie saputra seorang penulis pemula rendah hati dan saya mendapatkan prestasi riset nasional inovasi talenta indonesia 2020

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bagaimana Kebiasaan Membentuk Identitas Anda

7 Oktober 2022   16:35 Diperbarui: 7 Oktober 2022   16:48 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mengapa mudah sekali mengulang kebiasaan-kebiasaan buruk dan sulit sekali membentuk kebiasaan-kebiasaan baik? Tidak banyak hal yang dapat memberikan dampak lebih dahsyat pada hidup Anda selain memperbaiki kebiasaan sehari-hari anda. namun, Ada kemungkinan pada tanggal yang sama tahun depan ada masih mengerjakan hal yang sama, bukan sesuatu yang lebih baik.

Orang sering merasa sulit mempertahankan kebiasaan-kebiasaan buruk lebih dari beberapa hari, bahkan dengan upaya yang tulus dan terkadang dengan dorongan motivasi sesaat. Kebiasaan seperti berolahraga, bermeditasi, menulis buku harian, dan memasak adalah sesuatu yang menyenangkan selama sehari hari 2 hari, tapi setelah itu menjadi sesuatu yang mengganggu.

Bagaimanapun, begitu terbentuk kebiasaan itu terkesan melekat untuk selamanya terutama kebiasaan-kebiasaan yang tidak diinginkan meskipun kita benar-benar menginginkannya, kebiasaan tidak sehat seperti mengonsumsi junk food, terlalu lama menonton televisi atau bermain ponsel, duduk melamun, dan merokok bisa terasa mustahil dihilangkan.

Mengubah kebiasaan menjadi sulit karena dua alasan yang pertama kita berusaha mengubah sesuatu tapi salah sasaran dan yang kedua kita berusaha mengubah kebiasaan dengan cara yang keliru.

Kesalahan pertama kita adalah berusaha mengubah sesuatu tapi salah sasaran. Untuk memahami apa yang saya maksudkan, mempertimbangkan ada tiga lapisan tempat perubahan dapat terjadi. Anda bisa membayangkannya seperti lapisan-lapisan dalam sebutir bawang.

Lapisan pertama mengubah hasil anda. Lapisan ini terkait dengan mengubah hasil: menurunkan berat badan, menerbitkan buku, memenangkan kejuaraan. Kebanyakan sasaran yang anda tetapkan berhubungan dengan lapisan perubahan ini.

Lapisan kedua dalam mengubah proses Anda Lapisan ini terkait dengan mengubah kebiasaan dan sistem: menerapkan rutinitas baru di tempat olahraga, merapikan meja kerja supaya aliran kerja lebih baik, mengembangkan latihan meditasi kebanyakan kebiasaan yang Anda bangun terkait dengan Lapisan ini.

Lapisan ketiga dan paling dalam adalah mengubah identitas anda Lapisan ini terkait dengan mengubah keyakinan: pandangan Anda terhadap dunia, citra diri Anda penilaian Anda, terhadap diri sendiri dan orang lain sebagian besar keyakinan, asumsi, dan kecenderungan yang anda pegang terkait dengan Lapisan ini.

Hasil adalah hal-hal yang anda dapatkan., identitas terkait dengan apa yang Anda yakini dalam hal membangun kebiasaan-kebiasaan yang tahan lama membangun sistem perbaikan 1% masalahnya bukan bahwa lapisan satu lebih baik atau lebih buruk daripada lapisan lain. Semua tingkat perubahan berguna dengan caranya sendiri-sendiri masalahnya ada pada perubahan.

Banyak orang memulai proses pengubahan kebiasaan dengan berfokus pada apa yang diinginkan mereka raih. Ini mengantarkan kita ke kebiasaan berbasis hasil. Alternatifnya adalah membangun kebiasaan berbasis identitas dengan pendekatan ini kita mulai dengan berfokus pada kita ingin menjadi sosok seperti apa.

Bayangkan dua orang sedang berusaha berhenti merokok ketika ditawari merokok, orang pertama menjawab tidak terima kasih Saya berusaha berhenti kedengarannya seperti jawaban yang masuk akal, padahal orang ini masih percaya bahwa dia adalah perokok yang sedang berusaha melakukan hal lain. Dia berharap perilakunya berubah sembari membawa keyakinan yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun