Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal
Muhamad Iqbal Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Komunikasi

Bukan buzzer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kita Mengenal Acara Tersebut dengan Nama Tahlilan

14 Januari 2021   08:10 Diperbarui: 14 Januari 2021   08:25 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Makan berat akan dihidangkan ketika pak kyai menutup doa tahlil pertanda acara tahllan sudah dipenghujung acara dan tiba pada bagian yang paling ditunggu-tunggu. Satu persatu piring dikeluarkan dari dapur, gelas-gelas yang kosong diisi kembali dengan teh yang baru, dan rokok kembali dinyalakan sehingga obrolan kembali dibuka. Selesai makan biasanya kongkow-kongkow  masih terus berlanjut, bahkan apabila tahlilan dilakukan di malam hari, orang orang akan pulang di jam setengah 11 atau jam 11 kurang~tapi tidak selalu begitu sih~.

Memang Tahlilan kadang kala dianggap sebagai sesuatu yang "terlalu memaksakan". Akan timbul beban di orang-orang yang kurang mampu secara finansial untuk menggelar acara tersebut karena memang dana yang disediakan tidak sedikit. Belum lagi gosip jalanan yang kerap beredar di mulut tetangga mengenai jamuan  makan yang dianggap kurang enak tentu akan menambah lagi beban pikiran tuan rumah. Tapi sebenarnya tak masalah dengan seberapa sederhananya makanan yang di sediakan toh niat awalnya kita menggelar tahlilan salah satunya adalah sedekah. Yang menjadi masalah adalah ketika anda memaksakan menggelar tahlilan dengan hidangan dan berkatan yang mevah tapi dengan uang hutangan yang entah anda kembalikan tidak nantinya.

Tapi yang jelas di moment tahlilanlah orang-orang berkumpul tanpa membawa Handphone, baik tua atau muda bercengkrama saling menanyakan kondisi hidup saat itu. Melupakan kepenatan aktivitas seharian dan saling menghibur satu sama lain. Saya percaya bahwa segala sesuatu pasti ada baik buruknya, positif negatifnya, atau untung ruginya, yang terpenting adalah bagimana anda bisa mengambil hikmahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun