Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal
Muhamad Iqbal Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Komunikasi

Bukan buzzer

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pesan Tersirat dari Si Kotak Berwarna Kuning

2 Oktober 2020   09:28 Diperbarui: 2 Oktober 2020   09:31 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Setelah cukup lama berkutat pada instagram, youtube dan twiter muncul rasa kekangenan untuk menonton TV kembali. Maka saya putusakan untuk menengok barang sejenak ada apa sih di TV jam-jam sekarang ini ? (waktu itu hari minggu jam 9 an). Setelah TV menyala ternyata acara yang muncul adalah acara favorit saya yang tak lekang ditelan waktu.

Dari zaman SD yang kalau jam 6 sudah duduk rapi pakai seragam sambil sarapan sampai saat ini saya kuliah dan sudah kepikiran kerja, uang, sampai harga rumah di ibu kota,  kartun itu masih tetap eksis dan disiarkan di  stasiun TV yang sama pula. Apalagi kalau bukan Spongebob Squarepants. Langsung saja tanpa pikir panjang, saya seret kursi dan sedikit camilan dari meja makan untuk menemani pagi itu bersama spongebob episode cucu kesayangan nenek-saya tau nama episodenya setelah googling karena selama saya hidup saya cuman nonton thok ga tau judulnya apa.

Lima menit berlalu, dua iklan berlalu, dan saya masih terbawa dengan nostalgia masa kecil  yang sangat menyenagkan. Sampai akhirnya memasuki ending cerita saya baru tersadar bahwa kartun yang saya tonton ini menyimpan tanda-tanda yang sangat filosofis dan benar-benar merepresentasikan kehidupan. Sebelum kita masuk ke tanda-tanda tersebut saya sedikit ceritakan terlebih dahulu jalan cerita spongebob episode cucu kesayangan nenek.

Di episode ini, spongebob  yang berada di rumah neneknya sedang menikmati roti khas buatan nenek dengan segelas susu lengkap dengan ritual pembacaan buku cerita. Sampai saat waktunya tiba spongebob harus pergi ke krusty krab untuk bekerja, ia diantar oleh neneknya menggunakan perahu (kita sampai saat ini masih berdebat apa itu perahu atau mobil). Sialnya sebelum masuk restoran, spongebob di cium oleh neneknya dan membekas jelas di dahinya. Ia pun jadi bahan olok-olokan satu Krusty Krab. Spongebob putus asa dan beredih, ia meminta saran dari patrcik.

Walaupun kita tahu saran dari Patrick tidak pernah ada yang benar sebenarnya. Patrick lalu  berencana agar ia dan spongebob  berkunjung kerumah neneknya lagi dan berubah menjadi orang dewasa lengkap dengan dandanan kumisnya. Namun apa daya, si Patrick yang "agak pintar" ini malah langsung berubah bersikap kekanak-kanakan ketika  melihat kue enak buatan nenek spongebob dan ritual-ritual per anak anakan nenek spongebob. Akhirnya spongebob merasa iri dan menangis menjad-jadi, ia bilang kepada neneknya jika ia ingin semuanya juga  selayaknya anak kecil, ia tidak ingin menjadi orang dewasa.

Nah itu sinopsis singkatnya, lalu apa tanda tandanya yang tidak pernah saya sadari sejak dulu saat nonton Spongebob?

Melalui episode itu saya kini merasa seperti tertampar bahwa jika kita dulu sewaktu kecil selalu ingin cepat cepat menjadi dewasa, agar bisa hidup bebas dari orang tua melakukan apa yang kita mau dan tentunya agar terlihat keren diantara orang-orang. Kita kecil selalu memandang bahwa orang dewasa adalah orang yang kuat yang tidak pernah bersedih dan selalu terlihat santai tur kalem dalam kehidupan.

Dan kini di umur 20 an semua itu memang tetap menjadi khayalan, orang dewasa nyatanya menangis, orang dewasa nyatanya bersedih, orang dewasa nyatanya juga takut dan kini saya yang sudah dewasa ingin kembali menjadi anak anak. Merasakan masa dimana tidak perlu memikirkan pekerjaan, memikirkan jodoh, memikirkan hal hal yang sewaktu kita kecil tidak pernah kita ketahui sedikitpun jika beberapa hal itu akan menjadi pikiran ketika kita dewasa.

Pikiran masa kecil kita hanya ada pada segelas susu atau se-kantong kresek jajan dari ibu sepulang pasar. Kita tak peduli pada teman yang memang teman atau teman yang cuma teman-temanan tapi yang kita pikirkan sepanjang hari hanya besok sore masih bisa main bola lagi di pelataran masjid seberang rumah tidak ya?

Menjadi orang dewasa memang tidak mudah, tidak ada pelatihan atau bimbel untuk menghadapinya. Kita terpaksa dijerumuskan oleh keadaan dan lingkungan serta umur yang bertambah agar mau tidak mau kita harus bersikap dewasa. Atau minimal bersikap pura pura dewasa. Waktu memang tidak bisa diputar, waktu terus menggelinding berputar dan kita harus menikmati tiap detiknya dalam kehidupan agar tak ada lagi rasa penyesalan.

"Keluar ke dunia dewasa yang dingin tanpa sebuah sweater, aku dingin, Nek" Spongebob Sqquarepants.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun