Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal
Muhamad Iqbal Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Komunikasi

Bukan buzzer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekali Lagi tentang Kuliah Online

4 September 2020   19:02 Diperbarui: 4 September 2020   18:57 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebelum tulisan ini saya tulis , saya pernah menulis tentang keluh kesah saya sebagai mahasiswa Sekolah Vokasi yang berkuliah online. Kali ini saya akan menulis lagi tentang keluh kesah saya yang sedang berkuliah online namun dari sudut pandang yang baru. 

Kali ini saya melihat dari sisi geografis dan sosial budayanya, aseeek.... Kenapa hal tidak penting seperti ini perlu di bahas ? hooooo tunggu sebentar  bung.....bagi orang yang memiliki nasib sama seperti saya mungkin penting.

Jadi saya merupakan mahasiswa aktif salah satu kampus di JABODETABEK. Berhubung dengan mewabahnya COVID 19 ini kami mahasiswa dan mahasiswi di himbau untuk pulang ke kampung halaman dan kuliah dari rumah masing-masing. 

Ya, saya tau kalian sudah bosen dengan narasi seperti itu yang sudah banyak dibahas di berbagai tulisan. Tapi ada satu hal yang menurut saya luput dari penglihatan orang-orang dan  pertimbangan kampus dalam membuat kebijakan PJJ ini, yaitu bahwa tidak semua mahasiswa/I nya berkampung halaman atau  bermukim di pusat-pusat kota saja. 

Saya contohnya, saya berasal dari kabupaten Purworejo salah satu kabupaten di  Jawa tengah ( Kalau tidak tau cari saja di google maps). Nah sayangnya, saya tidak bertempat tinggal di pusat kotanya atau di titik-titik keramain kota melainkan saya tinggal di desa yang cukup jauh dari pusat kotanya. 

Disinilah masalah muncul, Di desa kehidupan sosialnya cukup erat, bisa dibilang sifat kolektifisme nya masih kuat dan di desa saya mayoritas beragama muslim juga masih kental dengan acara seperti kenduri, berbagai macam tahlilan, sampai acara seperti gotong royong bersih kuburan, ikut membantu proses pemakaman apabila ada orang meninggal dan lain sebagainya. Sebagai seorang pemuda di desa tentu saya memilik semacam "kewajiban" untuk ikut dan sialnya  acara macam itu biasa  dilaksanakan di jam ketika saya sedang kuliah online yang tentu membuat saya semakin dilema.

Bagi beberapa warga desa khususnya tetangga saya jika melihat saya pulang ke rumah berarti tandanya saya sedang liburan. Awalnya ketika saya pulang sesuai arahan kampus, tetangga saya memang banyak yang menanyakan apakah saya sedang libur semester atau ada suatu acara yang membuat saya harus pulang, ya saya jawab saja kalau memang sedang disuruh pulang karena lagi marak Virus Covid. Tapi kuliah online ini ternyata diberlakukan cukup lama  dan membuat semakin banyak pertanyaan yang keluar dari mulut tetangga seperti apakah saya tidak melanjutkan kuliah lagi ? dan pertanyaan serupa lainnya. 

Hal tersebut membuat saya dikiranya sudah tidak kuliah atau telah lulus atau bahkan sudah kerja , dan berdampak pada  intensitas  saya  disuruh ikut tahlilan, kenduri, kerja bakti dan berbagai partisipasi lainnya jadi meningkat drastis. Kalian mungkin berpikir mengapa saya tak jelaskan saja kalau saya sedang kuliah online artinya saya kuliah dari rumah memakai zoom atau google meet ketika bertemu dosen dan tugas kuliahnya di lakukan dan dikumpulkan secara online. 

Tentu saya sudah menjelaskan, berkali kali malahan. Ada yang paham, ada yang salah memahami, ada yang sudah dijelaskan di tanyakan kembali. Dan dari situlah membuat situasinya semakin sulit. Kalau saya tidak ikut kenduri, tahlilan dan yang lain-lainnya saya nanti jadi omongan tetangga, tapi kalau saya ikut masa saya harus sering bolos kuliah . Kan gak mungkin juga saya tahlilan sambil dengerin dosen kuliah ? bukan begitu dong konsep kuliah online.

Jadi tolong lah diriku ini yang sedang dirundung kebingungan, saya harus bagaimana ? dan tolong kampus, lain kali kalau mau bikin kebijakan lihat kondisi sosial budayanya juga yak biar ga terlalu merepotkan nantinya hehehe . Ini bukan perihal manajemen waktu saya yang buruk, tapi pertaruhan status sosial saya di desa, apakah saya akan jadi topik baru di kerumunan pergunjingan atau saya masih berada pada posisi aman sebagai warga desa yang baik-baik saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun