Mohon tunggu...
Iqbal Agustiana
Iqbal Agustiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Program Studi Sastra Indonesia, Univeritas Padjadjaran. Memiliki ketertarikan di dunia kebahasaan, terlebih lagi linguistik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bencana Alam: Mimpi Buruk Terjadi karena Hal Kecil

24 Juni 2022   18:00 Diperbarui: 24 Juni 2022   18:04 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh: Instagram @iqbl.agst

Sebuah bencana terjadi tentu disebabkan banyak faktor, baik faktor yang disebabkan manusia maupun tidak. Banyak pihak mengemukakan bahwa bencana yang terjadi adalah dampak dari pemanasan global atau global warming. Pada dasarnya pemanasan global adalah proses ataupun kondisi naiknya suhu atmosfer yang disebabkan oleh kegiatan yang dilakukan manusia, biasanya kegiatan yang membuang banyak gas karbon dioksida. Pemanasan global ini dapat menyebabkan fenomena global lain yang bisa dikatakan berbahaya yaitu perubahan iklim atau climate change. Fenomena iklim ini dapat menyebabkan dampak yang cukup buruk bagi kehidupan manusia di bumi, bencana alam dapat terjadi, tak jarang hingga menimbulkan banyak korban jiwa.

Terjadinya sebuah bencana memang tidak terduga, ada yang dapat dicegah manusia, ada juga yang membuat manusia pasrah. Tak terhitung lagi sudah berapa kali bencana terjadi, baik itu bencana banjir, tanah longsor, letusan gunung berapi, gempa bumi yang sekaligus juga dapat menyebabkan terjadinya tsunami jika terjadi di pesisir pantai ataupun di lautan dan bencana alam lainnya. Sudah banyak juga peristiwa bencana alam yang merenggut banyak korban jiwa. Peristiwa bencana alam yang paling membekas di Indonesia di antaranya peristiwa tsunami Aceh tahun 2004, letusan gunung Merapi tahun 2010, tsunami Banten dan Palu yang sama- sama terjadi di tahun 2018, dan yang terbaru adalah letusan gunung Semeru tahun 2021. Apakah perubahan iklim yang menyebabkan semua itu?

Indonesia dikatakan sebagai negara yang berada pada Ring Of Fire atau Cincin Api Pasifik, hal tersebut menunjukan bahwa Indonesia merupakan negara yang rawan terjadi bencana. Indonesia dikelilingi puluhan bahkan ratusan gunung berapi, baik yang aktif maupun yang pasif, tak heran jika memang di Indonesia kerap kali terjadi gempa bumi ataupun erupsi gunung berapi. Rasanya Indonesia sudah akrab dengan bencana, setiap tahun selalu ada peristiwa bencana besar yang menimbulkan banyak korban. Setiap tahun angka peristiwa bencana semakin meningkat, baik angka bencana yang terjadi, angka korban, maupun angka dampak yang ditimbulkan. Hal tersebut menunjukan beberapa hal, di antaranya kondisi iklim Indonesia yang sudah semakin buruk atau penanggulangan bencana yang masih kurang maksimal.

Dilansir bnpb.go.id, Indonesia mengalami 5402 peristiwa bencana pada tahun 2021 lalu, dengan didominasi oleh bencana banjir, cuaca ekstrem dan tanah longsor. Jelas hal tersebut merupakan dampak buruk dari perubahan iklim dan pemanasan global. Provinsi Jawa Barat mendominasi angka tersebut dengan 1358 peristiwa bencana. Angka tersebut lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya 942 peristiwa bencana. Hal tersebut perlu disorot, dan akan memunculkan banyak pertanyaan. Mengapa tidak semakin membaik? Kok semakin buruk? Apakah pemerintah kurang tanggap? Apakah solusi-solusi yang dibangun pemerintah tidak berhasil? Apakah pemerintah sibuk mempercantik perkotaan hingga lupa pada kawasan pinggiran?

Nampaknya pemerintah sudah berupaya semaksimal mungkin untuk mencegah terjadinya bencana dan juga sudah berupaya sebisa mungkin untuk meminimalisir dampak bencana, sejauh yang diketahui pemerintah dapat memprediksi pola cuaca dan juga memberikan peringatan dini bencana, pencegahan juga sudah dilakukan dengan melakukan berbagai sosialisasi, revitalisasi, dan juga langkah pencegahan lainnya. mungkin itulah bukti keterbatasan manusia dan apapun yang dibuatnya.

Tentu sudah menjadi konsekuensi dan risiko bagi pemerintah jika saat terjadi peristiwa bencana yang menimbulkan dampak yang cukup besar, masyarakat kerap kali menyalahkan pemerintah dan tak jarang menilai pemerintah kurang sigap dan kurang tanggap. Masyarakat boleh saja menyalahkan pemerintah, tetapi pemerintah tidak boleh manyalahkan alam. Kehidupan alam tidak bisa ditebak, tidak terduga, sekalipun dapat diprediksi alam dapat secara tiba-tiba merubah rencananya. 

Foto oleh: Instagram @iqbl.agst
Foto oleh: Instagram @iqbl.agst
Bencana alam besar seperti gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus memang tidak dapat dihindarkan, tetapi setidaknya masyarakat perlu mengetahui mengenai prosedur keselamatan dan prosedur evakuasinya. Tetapi bencana alam lain seperti banjir, tanah longsor, angin putting beliung dan lain sebagainya jangan pula dianggap remeh, bencana-bencana kecil hingga sedang tersebut dapat menjadi mimpi buruk yang memakan banyak korban. Bencana-bencana tersebut dapat disebabkan dan juga dapat dicegah oleh hal kecil.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, Provinsi Jawa Barat mendominasi angka terjadinya bencana alam. Mengapa demikian? Karena Provinsi Jawa Barat memiliki struktur geografis yang didominasi oleh pegunungan dan bukit, sehingga tak heran ketika terjadi cuaca ekstrem dan curah hujan yang tinggi kerap kali mengalami tanah longsor dan juga banjir di beberapa daerah. 

Bencana yang besar kerap kali terjadi disebabkan oleh hal-hal yang kecil, misalnya hal kecil seperti membuang sampah sembarangan ke sungai, jangan bayangkan hanya satu orang saja, pastinya terdapat orang lain juga yang melakukan hal serupa, semakin lama sampah akan menumpuk dan mengendap, kemudian permukaan dasar sungai akan menjadi dangkal, ketika cuaca ekstrem atau hujan dengan intensitas tinggi terjadi, air sungai dapat meluap karena yang semula dalam menjadi dangkal karena sampah. Semakin banyak endapan sampah, semakin tinggi curah hujan, maka akan debit air yang meluap akan semakin banyak, hal tersebut perlu dihindari.

Selain bencana umum seperti banjir, tanah longsor, dan puting beliung, terdapat juga bencana alam yang menyebabkan laju pemanasan global semakin tinggi yaitu kebakaran hutan dan lahan (karhutla), kebanyakan bencana karhutla disebabkan oleh manusia, misalnya pada bencana karhutla tahun 1997 sampai 1998 yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan, peristiwa tersebut disebabkan oleh kegiatan tebang bakar yang dilakukan para petani untuk membuka lahan pertanian. 

Dilansir tirto.id karhutla 1997-1998 adalah sejarah karhutla terparah yang pernah terjadi di Indonesia, peristiwa karhutla tersebut mengakibatkan kabut asap yang tebal sehingga berdampak pula pada beberapa negara tetangga, selain itu akibat dari kabut asap juga satu pesawat Garuda jatuh dan menewaskan seluruh penumpang. Sudah jelas terlihat bahwa hal yang dianggap kecil dapat menyebabkan bencana yang besar: berdampak besar, kerugian besar, dan juga korban yang banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun