Seorang mahasiswa penelitian menghubungi saya, menanyakan data profil suatu desa. Saya menyarankannya untuk bertemu sekretaris desa.
Iapun bercerita, bahwa sudah bertemu sekretaris dan beberapa aparat desa, tetapi jawabannya: data belum lengkap.
Saya juga kerap kali mengalami hal yang sama. Saat membutuhkan data, pemerintah desa selalu menyampaikan alasan tersebut. Yang tidak masuk diakal, hal tersebut sudah berlangsung lama.
Ada kesan, pemerintah desa tidak mau menyediakan profil desa. Bisa jadi pemerintah desa tidak peduli dengan urusan tersebut. Jika sedang membutuhkan data ril, tidak jarang saya harus menemui langsung masyarakat desa. Mengambil data langsung dari narasumbernya.
Profil desa merupakan data demografi berdasarkan: jumlah penduduk, usia, jenis kelamin, mata pencaharian, tingkat pendidikan. Juga data penduduk, berdasarkan keadaan sosial dan ekonomi masyarakat.
Profil merupakan rujukan dalam pembuatan keputusan di desa maupun keputusan program dari lembaga luar desa.
Tidak memiliki profil berakibat fatal pada penentuan sasaran program. Data penerima program akan tidak sesuai dengan kebutuhan program.
Misalnya, untuk Program Keluarga Harapan (PKH). Banyak penerima manfaat PKH yang tidak layak, tetapi terdata sebagai penerima. Begitupun sebaliknya.Â
Padahal kalau desa memiliki data yang baik, minimal data pembanding; maka intervensi program akan lebih tepat sasaran.
Belum terlambat bagi desa-desa dalam memperbaiki tata kelola data. Masih sangat mungkin. Apalagi secara wilayah, desa memiliki luasan wilayah yang tidak besar.Â
Tentu, mudah untuk menjangkau dusun-dusun bahkan RT untuk menyediakan data.