Mohon tunggu...
Ipik Ernaka
Ipik Ernaka Mohon Tunggu... pegawai negeri -

pengen belajar segala hal yang manfaat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru (Tak) Tepat Waktu

19 Agustus 2015   16:35 Diperbarui: 19 Agustus 2015   16:35 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dua hari lalu bangsa Indonesia memperingati Hari Guru Nasional. Hari Guru Nasional dikukuhkan secara resmi oleh pemerintah pada tahun 1994. Pengukuhan ini merupakan penghargaan pemerintah atas kiprah guru dalam rangka membantu pemerintah merealisasikan cita-cita mencerdaskan bangsa. Guru adalah ujung tombak investasi terbesar bangsa, mencerdaskan bangsa.

 

Proses pendidikan tidaklah sama dengan proses industri. Proses pendidikan membutuhkan proses panjang yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Pendidikan merupakan proses tersulit dalam kehidupan manusia. Keberhasilannya terasa tapi akan dianggap wajar dan memang begitulah seharusnya, namun kegagalannya akan dianggap kecelakaan nasional. Kegagalan pendidikan identik dengan kegagaln guru, bukan yang lainnya, hanya guru. Sebuah generalisasi yang menyakitkan. Idealnya, seorang guru hidupnya hanya untuk mendidik. Mendidik bukanlah jenis pekerjaan yang hanya membutuhkan kesiapan fisik. Tetapi  mendidik membutuhkan segala citra kemanusiaan. Ia tidak hanya harus siap dengan materi apa yang harus disampaikan, tetapi juga harus siap dengan cara apa ia harus menyampaikannya, siap dengan segala kondisi kejiwaan anak didiknya.  Harapannya adalah mempermudah proses pemahaman dan menarik perhatian anak didik agar ikut terlibat dalam proses pendidikan dengan sepenuh jiwa denan tujuan utama dan jangka panjangnya adalah memanusiakan manusia. Oleh karenanya, ia harus senantiasa tepat waktu, segar, ramah, energik dan inspiratif, sosok ideal, panutan dan teladan bagi anak didiknya.

 

Bagi guru mungkin yang paling dilematis adalah memberikan teladan untuk selalu tepat waktu. Kenapa? Pertama, karena budaya tepat waktu bukanlah budaya bangsa ini. Budaya tepat waktu hanyalah milik budaya dunia industri. Sebuah dunia mekanistik yang presisi waktunya selalu dihitung dengan angka dan dolar. Kerugian besar bila waktu bergeser dari jadwal yang seharusnya. Kedua, guru sangat kesulitan untuk memberikan contoh dalam kehidupan nyata di luar dunia industri tentang tepat waktu. Secara keilmuan, itu mudah dipahami. Secara pengejawantahan, itu menjadi tatangan besar. Ketiga, guru adalah hasil proses pendidikan generasi sebelumnya. Mereka adalah anak didik dari guru-guru sebelumnya. Merekapun meneladani para gurunya, pimpinannya, instansinya dan lingkungannya. Selama mereka tidak mendapatkan pengejawantahan tepat waktu, maka selama itu pula ia akan bimbang dan gamang untuk menyampaikan materi tepat waktu kepada anak didiknya. Kesulitan tersendiri untuk mencari sosok guru yang tepat waktu. Terakhir, rupanya ada tradisi dari para pemimpin kita juga yang andil dalam mendidik bangsa untuk tidak tepat waktu dengan memperingati hari nasional tidak tepat pada waktunya, kecuali hari kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 2013. Buktinya, Hari Guru Nasional tahun ini baru diperingati hari ini.

 

Rasanya tidak adil bila kita menyalahkan sepenuhnya kepada guru. Toh mereka tidak mendapatkan tanda jasa apa-apa dari jerih payahnya. Kenapa pula kita menghakimi mereka sedemikian rupa? Kita semua sebagai manusia berpendidikan yang mengerti betul makna tepat waktu seharusnya sadar sesadar-sadarnya dan berusaha sekuat tenaga untuk menjadi sosok teladan yang selalu tepat waktu bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungan.

 

Guru kita akan tersenyum bahagia, saat anak didiknya selalu tepat waktu. Mari kita turut mambahagiakan guru-guru kita walau hanya dengan menerapkan konsep tepat waktu. Terima kasih guruku, restumu selalu kudamba.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun