Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hapus Istilah ISIS!

2 Juli 2017   21:43 Diperbarui: 2 Juli 2017   21:45 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Stereotyping (Pelabelan) istilah "ISIS/NIIS" atau Negara Islam Irak dan Suriah dengan ajaran Islam dari awal sudah tidak relevan. Hal ini dikarenakan "ajaran" ISIS yang menghancurkan bangunan peradaban Islam di Irak dan Suriah serta pembunuhan orang-orang tidak berdosa dan bahkan yang sedang menjalankan ibadah tidak sesuai dengan ajaran Al Qur'an, Surat An Nisa, ayat 92 :

Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Penyebutan berulang kali tentang ISIS atau NIIS dengan label Islam didalamnya sangat menyakiti hati umat Islam yang memang dalam ajarannya baik lewat Al Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad SAW justru menggalakkan perdamaian antara sesama umat manusia serta bermusyawarah untuk mufakat.  Bila di Indonesia, istilah Cina pernah diperdebatkan dan dianggap berkonotasi "kebencian" dan sekarang digantikan dengan istilah Tiongkok, begitu juga seharusnya sikap media di Indonesia untuk tidak mengekor stereotyping Barat yang medianya dianggap berat sebelah dan mencitrakan Islam selalu membawa senjata di depan dan bukan untuk maksud membela diri.

Sinyalemen siapa pembuat dan penggerak ISIS yang katanya bukan orang Islam buat saya itu belum terbukti dan media seharusnya sudah menyetop penggunaan kata ISIS/NIIS sehingga citra agama damai ini akhirnya tercoreng terus, dan intoleransi di negeri tumbuh subur karena adanya terus bias informasi. Artinya kalau ingin menghapus paham ISIS/NIIS mulai menyebutkannya dengan nama lain seperti organisasi terlarang ala PKI.

Penikaman dua anggota brimob saat sholat Isya di Masjid dekat Markas besar Polri Jakarta, sungguh keterlaluan dan tidak dapat diterima, karena ini jelas penggunaan agama untuk terorisme sangat bertentangan dengan ajaran Islam lewat Al Qur'an, Surat An Nisa, ayat 93, yang menyiratkan kemarahan Allah SWT kepada siapapun yang membunuh orang tidak berdosa, seperti halnya anggota polisi di Medan.

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.

Lewat opini ini saya berharap MUI (Majelis Ulama Indonesia) bisa mempertimbangkan memberikan fatwa tentang ISIS/NIIS secara adil dan media massa juga mulai berpikir pemojokan muslim lewat stereotyping ISIS/NIIS bisa segera diakhiri, sehingga tidak berulang seperti istilah, Dasar Cina loe! Dasar Selam  atau Dasar Muslim. Semoga.

Some people say my humor focuses too much on stereotypes. It doesn't. It focuses on facts. (Susan Silverman)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun