Mohon tunggu...
RIFAT SATRIA RAMADHAN
RIFAT SATRIA RAMADHAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelajar

saya suka bersenang-senang

Selanjutnya

Tutup

Diary

toleransi agama di desa buntu

15 Mei 2024   07:35 Diperbarui: 15 Mei 2024   07:38 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tanggal 4 Maret 2024, murid dari Global Prestasi School berangkat ke Desa Buntu, Kabupaten Wonosobo. Kami diberi kesempatan untuk tinggal bersama orangtua asuh selama kami berada di sana. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengenal kegiatan dan kebiasaan warga desa serta belajar tentang toleransi antar agama dan kehidupan sehari-hari mereka.Kami berangkat dari Global Prestasi School pada jam 8 malam. Perjalanan yang memakan waktu sekitar 9 jam ini dimulai dari Gate C sekolah. Tanpa berlama-lama, kami berpamitan kepada orang tua kami tercinta dan langsung berangkat menuju Wonosobo. Selama empat hari di sana, kami tinggal dan makan di rumah orangtua angkat kami, yang menyambut kami dengan ramah dan penuh kehangatan.

Hari pertama tiba di Desa Buntu, kami mengikuti sebuah pawai tradisional. Pawai ini diadakan setahun sekali untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Kami berjalan mengelilingi desa, disambut oleh senyuman dan sapaan hangat dari para penduduk setempat. Suasana penuh kebersamaan dan rasa hormat, mencerminkan nilai-nilai toleransi yang kuat di desa ini.

Keseharian warga Desa Buntu sangat menarik dan penuh dengan nilai-nilai positif. Mayoritas penduduk desa bekerja sebagai petani kentang. Pertanian kentang adalah tulang punggung ekonomi desa, dan hampir setiap rumah memiliki ladang kentang. Setiap pagi, para petani bangun sebelum matahari terbit untuk pergi ke ladang. Mereka bekerja keras sepanjang hari, namun selalu meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan tetangga.

Meskipun pekerjaan mereka berat, warga Desa Buntu selalu menunjukkan keramahan dan kebaikan hati. Kami sering diajak oleh orangtua angkat kami untuk ikut ke ladang dan belajar tentang cara menanam dan merawat kentang. Pengalaman ini sangat berharga bagi kami, karena kami bisa melihat langsung betapa besar usaha yang mereka lakukan untuk menghasilkan panen yang baik.

Selain bekerja di ladang, warga desa juga memiliki kehidupan sosial yang sangat aktif. Mereka sering mengadakan kegiatan gotong royong, seperti membersihkan lingkungan desa dan memperbaiki fasilitas umum. Kegiatan ini tidak hanya mempererat hubungan antarwarga, tetapi juga mengajarkan kami tentang pentingnya kerja sama dan saling membantu.

Toleransi antar agama di Desa Buntu sangat terasa. Desa ini dihuni oleh penduduk yang mayoritas beragama Islam, namun ada juga beberapa keluarga yang beragama Kristen. Meski berbeda keyakinan, mereka hidup rukun dan saling menghormati. Ketika ada perayaan keagamaan, seluruh warga desa ikut berpartisipasi dan membantu. Misalnya, saat bulan Ramadhan, warga Kristen turut serta membantu mempersiapkan makanan untuk berbuka puasa. Sebaliknya, saat Natal, warga Muslim turut merayakan dan memberikan ucapan selamat kepada tetangga yang merayakan.


Pengalaman kami tinggal di Desa Buntu mengajarkan kami banyak hal tentang kehidupan sederhana namun penuh makna. Keramahan dan kebaikan hati warga desa, serta nilai-nilai toleransi yang mereka pegang teguh, membuat kami merasa sangat diterima dan dihargai. Meskipun hanya beberapa hari, kami merasa telah menjadi bagian dari komunitas yang erat dan saling mendukung.

Pada akhir kunjungan kami, kami mengadakan perpisahan sederhana dengan orangtua angkat dan warga desa. Kami saling bertukar kenang-kenangan dan mengucapkan terima kasih atas pengalaman yang luar biasa ini. Perjalanan ini tidak hanya memberikan wawasan baru tentang kehidupan di pedesaan, tetapi juga mengajarkan kami tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan, kerja keras, dan toleransi antar sesama.
Dengan hati yang penuh haru, kami kembali ke Global Prestasi School, membawa pulang kenangan indah dan pelajaran berharga dari Desa Buntu. Kami berharap suatu hari nanti bisa kembali ke sana dan melihat kembali senyum ramah dari warga desa yang telah menjadi keluarga kedua bagi kami.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun