Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pagerwesi dan Pedagang Canang Sari

3 Februari 2021   01:38 Diperbarui: 3 Februari 2021   01:47 1606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini Rabu 3 Februari 2021 umat Hindu merayakan Hari raya Pagerwesi. Perayaan Pagerwesi memiliki banyak sisi. Dagang canang sari di pasar Banyuasri - Singaraja Buleleng itu, tersenyum merekah, walaupun sudah tua. Guratan cahaya mukanya menandakan bahwa hari itu, dia bahagia, sebab hari menjelang Pagerwesi canangnya laris manis, sehingga ada rezeki sedikit lebih untuk menyambut hari raya.

Tatapannya mengguratkan sebuah keyakinan yang dalam, bahwa berkat dan musibah tak bisa diduga, kuasa alam kerap membukakan kepada hati yang selalu menatap hari dengan optimisme. Di sana ada kabar baik, bahwa optimisme adalah fondasi dasar keberanian. Orang-orang yang optimis tidak menunggu terjadinya perbaikan, mereka mewujudkan perbaikan itu, begitulah intinya yang masih tampak kuat dari dagang itu.

Tak bisa disangkal, bahwa hari raya merupakan momentum banyak kebutuhan saling bertemu. Agama dan budaya saling melengkapi, membangun sub kultur, relasi ekonomi kerakyatan sehingga terbentuk masyarakat harmoni dalam kehidupan. 

Di sana berpendar wajah humanisme yang dalam pada agama, Ibarat menghormati pasangan hidup Agama dan budaya adalah sisi saling melengkapi, karenanya bisa membuat pasangan hidup jatuh cinta untuk kedua kalinya, itulah bunga spiritualitas yang sangat indah yang dimiliki agama untuk budaya manusia.

Kembali ke dagang canang, geliatnya dapat bermakna memutar salah satu sekrup mesin ekonomi bangsa, yang terus berdenyut di masa perayaan hari suci. Canang sari , maknanya adalah struktur mantra dengan pola simbolis asi sederhana itu, membutuhkan modal sedikit namun untungnya lumayan, sehingga pada musim Covid-19 ini, profesi dagang canang 'tumbuh bak jamur di musim hujan

Fenomena ini adalah alih profesi harus terjadi, disrupsi akibat tergerus pandemi terus terjadi dimana-mana, hanya untuk bertahan hidup. Maka satu profesi kerap tak bisa bertahan lama, menghadapi gempuran zaman yang terus berubah. budaya dan agama mengajak masyarakat agar terus mendaki dalam keterpurukan kehidupan, untuk selalu seimbang.

Namun menatap pedagang canang itu ibarat menatap perjalanan menyusuri sungai ke arah sumber air, Semakin lama semakin jernih dan bening, sejatinya untuk hidup tak membutuhkan banyak uang, dan uang tidak bisa menjadi jawaban atas kegelisahan manusia.

Saya tanya, apakah pada hari Pagerwesi, ibu berjualan? Dia menggelengkan kepala, hari raya koq jualan? Tidak, katanya menimpali. 

Dagang canang itu, walaupun saat hari raya ada yang membutuhkan canang itu, karena banyak barangkali orang-orang tidak tepat memprediksinya akan kebutuhan canang untuk hari raya, mereka tetap saja tidak jualan, walau permintaan banyak. Sama seperti dagang-dagang lainnya di kota Singaraja tidak berjualan. Ada dua alasan, pertama mungkin khusuk untuk menghaturkan puja-puji sembahyang pada Sang Hyang Paramesti Guru. 

Kedua ada pandangan beredar yang diyakini di masyarakat Buleleng yang beribu kota Singaraja itu, sebagai kontrol diri untuk tidak berjualan di hari raya itu, adalah anggapan bahwa, ketika berjualan pada saat hari raya itu, diduga 'memelihara bererong (pesugihan, tuyul), karena anggapan umum bahwa pemilik pesugihan itu, pantang untuk tak berjualan atau berhenti berkerja, walaupun hari raya. Predikat itu, sangat dihindari oleh pedagang, sebab ketika itu terjadi, maka konsumen akan cepat atau lambat akan menjauh, Entahlah mana yang benar?

Kekhusyukan itu, sesungguhnya untuk memaknai secara hakikat Pagerwesi, yang berati pagar besi, atau pagari diri agar hewan liar tak menyerbu diri kita. Sang hyang Pramesti Guru (Tuhan sebagai guru alam semesta) dipuja di hari raya ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun