Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bhinneka Tunggal Ika dan Entropi Kebangsaan

9 Juni 2018   16:01 Diperbarui: 9 Juni 2018   16:23 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Entropi dari sebuah sistem tertutup selalu naik dan pada kondisi transfer panas, energi panas berpindah dari komponen yang bersuhu lebih tinggi ke komponen yang bersuhu lebih rendah, dalam bahasa sederhananya, transfer panas atau energi  ke lingkungan  menyebabkan derajat ketidak teraturan meningkat.

Oleh karena itu,  lingkungan  masyarakat  dalam berbangsa saat ini bila transfer suhu politik ke lingkungannya meningkat, maka entropi masyarakat akan  meningkat pula.  Entropi  warga negara bisa menurun manakala pemerintah mampu menyerap panas dan energi yang muncul dari masyarakat. 

Panas yang muncul bisa jadi karena ketidakstabilan harga kebutuhan pokok, hukum yang tebang pilih, pelayanan kepada publik berjalan lambat, penggunan pajak yang tak transparan, dan lain--lain. Energi kebijakan pemerintah yang tidak prorakyat  meningkatkan entropi masyarakat.

Oleh karena itu, pemerintah dalam  analogi proses termodinamika, dapat bercirikan pada dua proses, yaitu proses eksotermik, dan endotermik.  Pr eses eksotermik, artinya negara dan pemerintahan yang kuat dan mengeluarkan energi perlawanan yang keras pada oposisi dan para pengkritiknya , dan abai pada  kesejahteraan rakyat,  maka entropi bangsa itu akan meningkat. 

Derajat ketidak teraturan sistem lingkungan berbangsa semakin tinggi, maka reaksi spontan akan terjadi dengan mudah, masyarakat dengan tekanan yang tinggi  dan kehidupan yang sulit, mudah menimbulkan gesekan dan amuk massa yang mengerikan. 

Namun sebaliknya, bila sistem pemerintahan menggunakan proses endotermik, yakni  antaman dan masukan yang dialami oleh pemerintah dari manapun asalnya, pemerintah menyerap aspirasi, dan selalu arif dan tetap bekerja dengan tenang yang penting kesejahteraan masyarakat meningkat,  maka entropi lingkungan akan menurun. Oleh sebab itu, pengampu kebijakan seyogyanya menganut  proses endotermik yang dominan, sehingga derajat ketidakteraturan masyarakat dapat terkendali.

Pun demikian, ketika keanekaragaman secara sistemik memiliki kemungkinan  entropi yang terus meningkat secara dinamis. Oleh karena itu  diperlukan pengendalian  maka bagaimanapun  caranya agar entropi negara meningkat namun bisa menghasilkan kemajuan. Pemerintahan selalu menjaga kesetimbangan entropi, pergesekan terjadi bisa dipahami sebagai sebuah bentuk perwujudan perubahan kearah lebih baik.

Pada titik inilah, keanekaragaman itu perlu ada, karena saling mengisi.  Semakin kita heterogen maka semakin entropi kita meningkat, maka spontanitas terkendali  akan terjadi, proses dinamis itulah yang membuat kehidupan terus berlangsung. Inilah konsep Bhinneka Tunggal Ika, nampak sejalan dengan termodinamika. Keanekaragaman memang menjadi sifat alamiah

Oleh karena itu, beragam suku, bahasa, dan agama, kepercayaa, adat istiadat  semua itu menjadi senyawa kebangsaan adil dan beradab melalui proses yang dinamis, dan sistematis dengan melibatkan katalis. Model katalis ini diperankan oleh  kecakapan pemimpinnya,   mulai dari presiden, gubernur dan bupati sampai tingkat yang paling bawah di tingkat kepala keluarga.

Sejatinya katalis itu adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi  kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri.  Bisa dikatakan bahwa lewat  pemilu, rakyat sedang mencari sosok katalis  dari seorang pemimpin, yang  melakukan reaksi pembentukan masyarakat modern yang makmur untuk bisa tercapai lebih cepat,  namun tidak memenuhi hambisi untuk  kepentingan dirinya. 

Disinilah  dalil 'rame ing gawe , sepi ing pamerih" dari seorang  pemimpin dibutuhkan, sehingga munculah  bentuk katalis pembangunan yang dapat mensejahterakan rakyat banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun