Mohon tunggu...
Intan Cahyani
Intan Cahyani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang mahasiswa universitas pendidikan ganesha dengan program studi kimia terapan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makna di Balik Perayaan Pagerwesi di Kabupaten Badung

13 September 2025   08:07 Diperbarui: 13 September 2025   06:47 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: umat hindu melakukan persembahyangan di pura)(sumber: okezone.com)

          Hari raya Pagerwesi yang jatuh pada hari rabu, tanggal 10 Agustus 2025 menjadi salah satu hari raya yang suci bagi umat hindu.Pagerwesi jatuh setiap Rabu Kliwon, wuku Sinta, hari suci pagerwesi jatuh setiap empat hari setelah hari Saraswati.Menurut lontar sundarigama, hari raya pagerwesi adalah bentuk pemujaan terhadap Sang Hyang Pramesti Guru dalam wujudnya sebagai Dewa Siwa.Selain itu, ada juga tafsiran yang mengatakan bahwa kata “pagerwesi” berasal dari dua kata, pada kata “pager” atau “pagar” yang memiliki makna kokoh dan kata “wesi” memiliki makna sebagai besi yang kuat.Oleh karena itu, makna dari hari raya pagerwesi ini adalah untuk memagari diri dengan kuat agar ilmu-ilmu pengetahuan yang didapat tidak rusak atau mendapatkan gangguan.Hari raya pagerwesi ini juga bisa dikatakan untuk meningkatkan keteguhan iman sebagai rangkaian setelah hari raya saraswati.
            Di kabupaten badung, pelaksanaan dan pemaknaan hari raya pagerwesi ini juga sama seperti daerah-daerah lain di pulau bali sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Hyang Pramesti Guru, yang dimana umat hindu melakukan persembahyangan di pura dan tempat-tempat yang dianggap suci.

MAKNA PERAYAAN PAGERWESI DI BADUNG

           Kabupaten badung dikenal sebagai kabupaten yang banyak dikunjungi wisatawan juga turut melaksanakan hari raya pagerwesi yang datang setiap 210 hari sekali.Sebuah makna dari perayaan pagerwesi ini telah menjadi momen penting bagi warga kabupaten badung, khususnya yang beragama hindu.
            Hari raya pagerwesi memiliki kaitan yang erat dengan hari raya Saraswati, keduanya saling terkait dalam merayakan turunnya ilmu pengetahuan.Menurut laman badungkab.go.id, hari raya Saraswati dimaknai sebagai berkat dari Ida Sang Hyang Widhi kepada umat hindu melalui ilmu pengetahuan dan teknologi, ini dapat dikatakan sebagai pembekalan yang tidak ternilai dari tuhan untuk umat manusia.Maka dari itu, terdapat rangkaian hari raya sebelum dari hari raya saraswati ke hari raya pagerwesi.Satu hari setelah hari saraswati adalah hari banyu pinaruh, dimana umat hindu akan pergi ke sumber mata air terdekat untuk meminta kesucian diri agar ilmu pengetahuan yang didapat bisa dimanfaatkan dengan baik.Setelah banyu pinaruh terdapat hari raya soma ribek yang dimana tuhan atau bisa disebut Ida Sang Hyang Widhi memberikan anugerah berupa kesuburan tanah dan hasil panen untuk membantu kehidupan manusia.Setelah soma ribek ada hari raya sabuh mas, pada hari raya ini, umat hindu percaya akan rezeki yang didapat apabila dapat menggunakan ilmu pengetahuan di jalan dharma.Pada hari raya ini umat hindu memuja mahadewa sebagai bentuk manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi.Terakhir adalah hari raya pagerwesi yang dapat dimaknai sebagai pegangan hidup kuat yang berupa pagar besi untuk menjaga ilmu pengetahuan dan teknologi yang diturunkan oleh Ida Sang Hyang Widhi agar tidak hilang dan  dapat dipelihara untuk menjaga kesucian di dalam diri.
            Perayaan ini juga memiliki suatu makna filosofis yakni sebagai benteng spiritual yang kuat untuk melindungi dari godaan duniawi perusak pikiran dan jiwa(Widhia Arum Wibawana, 2025).Perayaan ini juga dimaknai sebagai penghormatan terhadap catur guru yang terdiri atas guru rupaka sebagai orang tua di rumah,guru pengajian sebagai guru di sekolah,guru wisesa sebagai pemerintah dan guru swadyaya adalah Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Paramesti Guru.Oleh karena itu, perayaan pagerwesi adalah hari raya yang tepat untuk melakukan penghormatan kepada keempat guru tersebut atau bisa disebut dengan catur guru.


PELAKSANAAN PERAYAAN PAGERWESI DI BADUNG

         Sama seperti sebagaimana nya pelaksanaan pagerwesi di daerah lain, umat hindu di badung juga memulai untuk melakukan persembahyangan di sanggah rumah masing-masing, kemudian menuju ke pura keluarga(dewa hyang), pura di banjar dan desa untuk melakukan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi sebagai bentuk syukur atas berkah ilmu pengetahuan yang diterima.Pelaksanaan persembahyanga ini juga bermakna sebagai pengingat untuk umat hindu agar selalu memiliki keteguhan hati untuk bisa memanfaatkan ilmu pengetahuan di jalan dharma.
            Menurut laman bulelengkab go.id, yadnya berupa banten yang digunakan di hari raya pagerwesi bagi masyarakat umum bukan pendeta adalah natab sesayut ngehurip,prayascita dan dapetan yang tentunya dilengkapi dengan daksina, canang dan sodan.Banten yang dihaturkan ini memiliki makna untuk memohon perlindungan dan keteguhan hidup agar bisa terlindung dari ancaman kebodohan, melalui istilah “memagari diri” di dalam makna hari raya pagerwesi, umat hindu dapat melindungi ilmu pengetahuan yang dimiliki agar tidak hilang dan diganti dengan kebodohan.Bagi pendeta melakukan perayaan pagerwesi dengan melakukan upacara ngarga dan mapasang lingga dengan bantennya yang paling utama adalah sesayut panca lingga, dilengkapi dengan daksina,suci pras,penyeneng dan banten penek.Pelaksanaan upacara dan penghaturan yang dilakukan oleh pendeta ini bertujuan untuk memohon kepada lima maifestasi siwa agar bisa memberikan benteng kekuatan(pager besi) agar pendeta memiliki jiwa yang kuat untuk untuk menghadapi hidup.
            Secara keseluruhan, pelaksanaan pagerwesi di kabupaten badung dimaknai sebagai pegangan hidup agar bisa mempertahankan ilmu pengetahuan yang dimiliki agar tidak bisa terjerumus ke dalam hal yang buruk, seperti kebodohan(awidya).Oleh karena itu, pagerwesi memiliki makna sebagai pagar besi  untuk melindungi anugrah yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi melalui rangkaian persembahyangan dan banten yang dihaturkan untuk ucapan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi atas ilmu yang diturunkan dan juga sebagai permohonan perlindungan agar bisa tetap mempertahankan ilmu pengetahuan yang dimiliki.Maka dari itu,umat hindu di kabupaten badung memiliki makna yang mendalam terkait pelaksanaan hari raya pagerwesi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun