Mohon tunggu...
Intan RahmiArey
Intan RahmiArey Mohon Tunggu... Mahasiswa - Students

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Secercah Kebahagiaan di Desa Birit

21 Juni 2021   19:26 Diperbarui: 21 Juni 2021   19:36 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan mengajar bagi anak-anak di Desa Birit (Dokpri)

Birit - Desa Birit merupakan salah satu desa terpencil di timur pulau Seram, Maluku. Dengan terbatasnya akses belajar membuat para penerus bangsa di desa Birit kurang mengenal teknologi yang kini semakin berkembang. Dengan tidak lebih dari 20 kepala keluarga, masyarakat di Desa ini sangat mengenal satu sama lain dengan baik. Desa Birit sangat jauh dari teknologi, masyarakat bahkan sangat terbatas dalam hal sandang dan pangan. Mereka hanya memiliki satu PAUD untuk pendidikan anak mereka. Jika sudah dirasa cukup dewasa, mereka justru memilih untuk menikah dengan orang-orang di desa yang sama dan tidak meneruskan mimpi mereka.

            Saya terharu ketika pertama kali di beri kesempatan berkunjung ke desa Birit. Kami disambut dengan suka cita oleh masyarakat setempat. Mereka berdandan seakan-akan akan ada acara besar di desa mereka. Semua anak di pakaikan baju yang hanya dipakai ketika lebaran dan acara-acara penting. Mereka Nampak sangat bersemangat menyamput saya dan teman-teman. Kami bermain, belajar, berbagi pengalaman meskipun hanya sedikit. Menceritakan kepada masyarakat dan anak-anak disana bahwa dunia luar tidak sekejam yang mereka bayangkan. Bahwa mereka harus keluar dan menggapai semua mimpi yang mereka miliki, dan menjadi orang-orang sukses di masa depan.

            Menghabiskan waktu 2 jam perjalanan darat dengan motor menuju desa Birit tidak menjadi sebuah masalah besar. Dengan niat berbagi apa yang saya dan teman-teman punya walaupun tidak banyak membuat kami semakin ingin melihat anak-anak di desa Birit menjadi sukses di masa depan. Kami juga membawakan pakaian, sembako, snack untuk anak-anak, alat tulis, buku membaca, dan banyak hal lagi yang dapat membuat mereka lebih mengenal dunia luar.

            Kami mungkin bukan orang besar, bukan juga dari keluarga kaya raya, juga bukan orang-orang jenius dengan segala ide mereka. Kami hanya manusia yang ingin memanusiakan manusia lain. Melihat mereka tumbuh dan bahagia ketika belajar dan bermain membuat kami semakin semangat lagi untuk berbagi meskipun sedikit. Ketika mendengar mereka mengatakan, "saya ingin menjadi dokter", "saya ingin menjadi guru", "saya ingin punya uang banyak agar bisa berbagi", membuat saya merasa sangat bersyukur dibesarkan dalam keluarga dan tempat terbaik.

             Bersyukur adalah salah satu cara kita untuk terus merasa bahagia dengan apa yang telah Tuhan berikan. Bahwa tidak banyak anak beruntung yang dapat menikmati hidup mereka, bermain, belajar, tertawa dengan teman, dapat tidur di tempat yang nyaman, rumah yang tidak bocor, dan menikmati semua fasilitas yang disediakan oleh orang tua. Anak-anak di desa Birit justru hanya tidur beralaskan tikar, tidak ada ubin, tidak ada kasur, tidak ada lampu, hanya pelita yang menemani mereka tidur. Tidak mengenal gadget atau pun game yang mengusir rasa bosan.

             Perjuangan saya dan teman-teman untuk mengenalkan desa Birit pada masyarakat kota dan pemerintah berbuah manis. Kini mereka memiliki tempat tidur yang nyaman, mereka memiliki gedung sekolah yang bisa dipakai, alat tulis dan alat ibadah yang lengkap, juga baju-baju yang layak dipakai. Semoga mereka selalu bahagia dan kelak bisa menjadi orang-orang sukses yang membanggakan daerah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun