Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Money

Perlu Totalitas Pemerintah Demi Rupiah

27 Agustus 2015   15:57 Diperbarui: 27 Agustus 2015   15:57 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Paska anjloknya kurs rupiah sampai Rp 14 ribu per US$, Bank Indonesia (BI) menuding bahwa penyebabnya adalah factor eksternal. Faktor eksternal itu misalnya devaluasi yuan dan kemungkinan naiknya suku bunga bank sentral AS (the Fed)
Tak kurang dari Gubernur BI , Agus Martowardoyo mengatakan dua faktor itu berhasil menghempaskan rupiah dan dolar AS menguat di hampir seluruh mata uang dunia termasuk seluruh negara di kawasan ASEAN. Bahkan mata uang ringgit Malaysia terjerembab nilai terendah di sejarah negara itu.

Terkait rencana penaikan Fed Fund rate, para pakar ekonomi berpendapat bahwa kemungkinan besar tak akan naik tahun ini , karena dolar AS tak ingin semakin berjarak dengan yuan. The worst is yet to come. Jadi masa muram masih panjang.
Lebih muram lagi pemerintah telah menggelontorkan dana Rp 10 triliun untuk melakukan buyback saham BUMN dan 3 triliun untuk memborong kembal Surat Berharga Nasional ( SBN). Itupun belum cukup untuk mendukung pemulihan indeks harga saham gabungan (IHSG) dan menguatkan rupiah. Buyback adalah upaya meredam panik aksi penjualan besar-besaran di pasar modal.

Dalam masa krisis seperti sekarang, meski Indonesia punya uang –katakanlah cadangan devisa- bukanlah solusi. Perlu waktu untuk mengimplementasikan percepatan serapan anggaran dan belanja investasi. Sama halnya dengan China, yang kini berusaha menjaga kepercayaan publik terutama investor.

Hal ini perlu dilakukan karena banyak pengamat yang memberi rekomendasi agar menjual portofolio Indonesia. Menurut mereka kebijakan Pemerintah Indonesia tidak terlalu banyak membantu karena meski punya kebijakan melakukan reformasi fiskal, justru Pemerintah Indonesia menjalankan kebijakan defisit anggaran. Sebelumnya, kenaikan pinjaman sebesar 10 persen telah diumumkan dalam RAPBN tahun depan. Intinya, kepercayaan publik merosot tajam.

Kebijakan Darmin Nasution sebagai pejabat baru sudah benar yaitu mengatasi inflasi dan menaikkan permintaan rupiah.
Hari ini, Bloomberg mencatat bahwa nilai tukar rupiah di pasar spot ada di angka Rp 14.128. Sebelumnya, , nilai tukar rupiah ditutup pada angka Rp 14.068. IHSG membaik, tapi rupiah masih loyo terhadap dolar AS, karena apa yang dilakukan pemerintah dianggap belum cukup.

Ekonom Faisal Basri mengusulkan agar pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) sebagai stimulus bagi rakyat banyak, di tengah menurunnya daya beli.

“Tidak banyak yang bisa dilakukan pemerintah untuk menolong rakyat. APBN sedang dalam tekanan. Penerimaan negara dari pajak dan dari minyak sangat tertekan. Belanja harus dipangkas. Pemerintah berkonsentrasi saja mengurus dirinya sendiri. Yang penting jangan ganggu konsumsi rumah tangga dan investasi swasta,” tulis Faisal di beberapa media massa.

Faisal mengusulkan tiga hal yang perlu dilakukan pemerintah saat ini. Selain menurunkan harga BBM bersubsidi dan mencermati harga BBM, kontrol terhadap impor produk, seperti daging, dan kemudahan investasi perlu dilakukan.
Ada juga yang mengusulkan agar ada relaksasi terbatas atas ekspor mineral, dengan saksi berupa tarif berupa bea keluar. Relaksasi bisa diberikan kepada pengusaha yang sudah menunjukkan investasi awal membangun smelter, tapi terganggu ditengah jalan karena anjlok-nya nilai tukar. Ini upaya mendapatkan devisa.

Apapun yang telah dilakukan pemerintah, ternyata belum cukup untuk menundukkan dolar. Pemerintah dan BI haru satu padu memberikan strategi untuk keuangan Indonesia. Meski pengusaha sudah dipanggil Jokowi ke istana Bogor akan percuma jika pemerintah tidak membuat strategi dan kebijaan tepat untuk hal ini.
Jika tidak , akan lebih buruk dari 1998.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun