Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Afganistan Belajar dari Kita

26 Juni 2020   03:47 Diperbarui: 26 Juni 2020   03:47 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama duapuluh tahun terakhir ini kita mungkin sering harus menoleh ke negara Afganistan. Negara  yang dikenal sebagai Pasthun ini punya penduduk sekitar 32  juta jiwa dan terpadat ke 41 dunia di mana sebagian masyarakatnya beragama Islam. Secara wilayah Afganistan dekat dengan Pakistan dan Iran di sebelah Barat.

Afganistan adalah salah satu negara yang sarat dengan konflik dan kekerasan sejak alami bentuk kerajaan pada tahun 1926 dan berbentuk republic pada tahun 1973 dan berbentuk republic islam presidensial sejak tahun 2004.

Negara ini tempat berkembangnya Taliban- suatu kelompok yang banyak melakukan kekerasan dan pelanggaran HAM baik di Iran maupun menguasai sebagian besar kekuasaan di Afganistan sejak tahun 1996 sampai tahun 2001. Pemerintahan otoriter akhirnya  berhasil mengurangi kekerasan oleh mereka, namun kekerasanmasih terjadi di beberapa wilayah di negara itu.

Karena sarat dengan kekerasan dan konflik, Afganistan tak bisa berkembang dengan baik sebagai satu negara. Setiap negara butuh suasana kondusif dan aman sehingga bisa berkembang dengan baik namun itu tidak didapatkan di Afganistan.

Karena itu beberapa tahun lalu pemerintah Afganistan secara resmi mengundang menteri dan komponen terkait Indonesia untuk mengetahui bagaimana Indonesia dalam mengelola keberagaman dan perbedaan namun bisa memimalisir konflik dan kekerasan. Tak hanya itu pemerintah Afganistan juga mengutus beberapa pejabatnya untuk ke Indoensia dan mengunjungi beberapa universitas dan beberapa pihak untuk menggali lebih dalam.

Dalam kaitan itu, ditemukan bahwa falsafah negara yang kita milikilah yang banyak berperan dalam memberikan 'bantalan' kedamaian dan kebersaamaan bagi rakyat Indonesia. Pancasil dalam mencakup nyaris semua keragaman di Indonesia mulai dari etnis, bahasa, warna kulit, dan agama. Pancasila juga dapat menimplementasikan  kebersamaan dalam keragaman pendapat melalui proses mufakat, juga dapat mewujudkan makna gotong royong dan guyub dalam keseharian.

Hal inilah yang mungkin tak dimiliki oleh negara lain seperti Afganistan. Mereka bisa melihat bagaimana konflik konflik diselesaikan dengan proses mufakat dan damai, berdialog, saling memberi perhatian dan menghargai perbedaan yang dimiliki masing-masing indovidu. Ini sebagian kecil dari implementasi pancasil di negera kita.

Karena itu, mari kita berfikir sejenak. Afganistan adalah satu negara Islam yang seharusnya bisa mengimplementasikan rasa damai itu karena sejatinya Islam adalah kedamaian, namun tidak bisa dilakukan oleh mereka. Mereka bahkan belajar dari kita, Indonesia. Seharusnya kita bangga terhadap falsafah negara kita itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun