Suasana jelang Natal dan Tahun Baru identik dengan sukacita bersama keluarga dan sahabat. Tak terkecuali Natal dan tahun Baru di tengah pandemi Covid-19 ini.
Mungkin kita sudah merencanakan acara pesta untuk kalangan keluarga sendiri. Bisa jadi kita juga sudah berbelanja bahan masakan untuk merayakan pergantian tahun.
Apa pun rencana kita, kiranya kita perlu mencegah makanan jadi sampah jelang Natal dan Tahun Baru sebentar lagi.

Indonesia merupakan penyumbang sampah makanan terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi. Setiap orang Indonesia diperkirakan membuang 300 kg sampah makanan per tahun.
Indonesia bahkan mengalahkan Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab dalam hal food waste ini. Demikian data yang dirilis situs foodsustainability.eiu.com.

Pemborosan makanan di negara maju sebagian besar terjadi di tingkat pengecer dan konsumen.Â
Di negara berkembang pemborosan makanan masih terutama disebabkan oleh kerugian di tahap pertanian dan pra-pasar, karena kekeringan, bencana alam, infrastruktur jalan yang buruk, dan kurangnya fasilitas penyimpanan dan pendingin.
Beberapa penelitian menemukan lebih dari 60% sampah di dua kota di Indonesia - Surabaya di Jawa Timur dan Bogor di Jawa Barat - bersumber dari makanan.
Sejumlah besar limbah makanan dapat menyebabkan pemanasan global karena makanan menghasilkan gas metana saat terurai di tempat pembuangan sampah. Gas metana 25 kali lebih berbahaya daripada karbon dioksida sebagai gas rumah kaca. Demikian rilis The Conversation.
Tiga Kiat Cegah Makanan Jadi SampahÂ
Menyadari tingginya angka sampah makanan di Indonesia, kita perlu melakukan aneka upaya pencegahan setiap hari. Bukan hanya ketika jelang perayaan hari besar keagamaan dan Tahun Baru saja.
Tentu saja, kewaspadaan dan upaya ekstra perlu kita lakukan untuk mencegah melimpahnya sampah makanan pada hari raya.
Pertama, membeli bahan makanan yang kurang awet secukupnya saja
Langkah pertama untuk mencegah sampah makanan adalah dengan membeli bahan makanan secukupnya. Terutama bahan makanan yang kurang awet.