Keterbukaan kita untuk terus belajar dan bersaing dengan negara-negara lain, rupanya sudah menjadi hal serius yang perlu disadari oleh semua anak bangsa ini. Tali hubungan tetap dijaga, tetapi tali kebergantungan ekonomi, mungkin perlahan-lahan harus disadari aspek untung dan ruginya.
Diskusi untuk mencari solusi terbaik, umumnya muncul ketika fenomena-fenomena sosial yang mendatangkan banyak pertanyaan sama sekali belum ada titik terangnya.
Titik terang dari persoalan seperti covid awalnya diharapkan oleh semua bahwa akan segera datang vaksin. Namun, ketika vaksin itu ada dan ditawarkan kepada manusia, anehnya sebagian orang ragu-ragu.
Verschwoerung Theory atau teori konspirasi sering menimbulkan dilema bagi banyak orang, tidak hanya bagi para dokter sendiri, tetapi juga lebih-lebih bagi masyarakat biasa yang sebenarnya tidak punya gagasan yang kuat untuk tidak percaya atau untuk percaya.
Menarik bahwa covid-19 sejak awal muncul langsung disambut dengan teori konspirasinya. Uniknya teori konspirasi itu tidak jelas beredar di masyarakat.
Orang sebenarnya tidak tahu, siapa yang mengatakan itu, bagaimana data dan alasan-alasannya juga tidak ada, bahkan tepat kalau dikatakan tidak jelas.Â
Meskipun demikian, sebagian orang begitu saja percaya dan bahkan memilih bertolak belakang dari opsi-opsi yang telah diuji secara medis dan rasional oleh institusi-institusi resmi suatu negara.
Pertanyannya, mengapa muncul keragu-raguan sebagian orang pada vaksin dan bahkan pada alat rapid tes?
Ada 3 alasan keraguan yang perlu dipertimbangkan lagi, sebagai berikut:
1. Faktor kecurigaan manusia sendiri terhadap produk teknologiÂ
Kecerdasan manusia pada sisi tertentu bisa membuat decak kagum, namun pada sisi yang lain menimbulkan keragu-raguan yang begitu besar. Keraguan manusia terletak  pada kemajuan teknologi yang bisa disalahgunakan untuk hal-hal lainya, yang belum diketahui umum.
