Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menemukan 4 Alasan Bangga Jadi Geng IPA Dulu dan Pesannya untuk Sekarang

30 April 2021   22:50 Diperbarui: 2 Mei 2021   14:00 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa SMA. (sumber: Shutterstock/Tiwuk Suwantini via kompas.com)

Saya tidak tahu kenapa pada masa itu ada saja kegiatan cerdas cermat menjelang hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei, lalu menjelang 17 Agustus, hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Dua momen itu, betul-betul menjadi kesempatan bahwa nyali dari geng IPA mulai dipertaruhkan. Mata pelajaran yang biasa dilombakan adalah Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi.

Sebetulnya bukan soal mata pelajaran juga sih, tapi lebih karena gengsi sekolah. Bagaimana mengubah dan membawa nama sekolah itu pada prinsipnya hasil akhir dari cerdas cermat.

Kecerdasan dan kecermatan siswa adalah ukuran bagi kualitas sekolah. Aneh juga kan kriterianya, tapi itulah anggapan umum yang ada, bahkan mungkin sampai sekarang. Kalah dalam perlombaan cerdas cermat secara tidak langsung memberikan kesan bahwa kualitas sekolah itu tidak bagus. Malu bukan?

Nah, pernah anggota Geng IPA beradu cerdas cermat dan membawa nama sekolah. Kisah dan kenangan itu tidak terlupakan, karena nama peserta lomba disebutkan pada saat apel bendera. Ya, cerita bahwa geng IPA pernah mengalahkan sekolah-sekolah favorit di kotaku.

Rasa haru luar biasa, apalagi dari satu geng. Motivasi belajar meningkat drastis karena ketakutan, jangan-jangan cuma menang pada saat perlombaan, sedangkan ujian akhir nantinya tidak lulus. Sebuah kecemasan yang melahirkan kewaspadaan dan berjaga-jaga.

2. Rasa istimewa itu datang dari promosi untuk memperoleh beasiswa

Kesuksesan pada waktu cerdas cermat dan juga dari kriteria nilai rapor setiap semester rupanya menjadi suatu pertimbangan khusus agar anggota geng itu memperoleh beasiswa. 

Lumayan sih pada tahun 1998 saat Indonesia krisis ekonomi, saya masih memperoleh uang beasiswa sebesar tujuh ratus lima puluh ribu. Bagi saya pada masa itu sungguh merupakan hal yang luar biasa. Saya selalu bersyukur kepada Tuhan.

3.  Rasa istimewa itu datang juga dari diri sendiri, ya anak petani yang bisa membiayai pendidikan sendiri

Saya ingat baik sekali geng IPA semuanya anak-anak petani dan nelayan sederhana di pesisir pantai Ende. Kesederhanaan orang tua itu mungkin juga menjadi faktor utama yang memotivasi kami untuk belajar dengan rajin dan serius dalam satu geng sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun