Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Problem yang Never Ending atau Challenge untuk Lebih Baik Lagi?

11 April 2021   05:54 Diperbarui: 11 April 2021   08:44 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
doinggoodchallenge.de

Saya hanya bisa berdiri kaku sampai lama terdiam saja. Lalu saya coba berargumen seperti ini: Memang di mana saja sih ada persoalan, ada problem, di Belanda juga ada, di Indonesia juga ada, ya di mana-mana. Maksud saya bahwa kita semua sudah tahu bahwa di mana-mana ada permasalahan, tetapi kenapa harus dibicarakan lagi di kamar makan lalu di ruang rekreasi? 

Nah, gara-gara Problem dan menyebut kata problem, akhirnya tidak sadar kami berdua masuk ke dalam persoalan beda pendapat. Lagi-lagi problem. Akan tetapi, menariknya bahwa dia masih sempat juga menjelaskan hal yang bagi saya sangat bijak: 

Jika kamu tidak melihat kenyataan dunia, maka kamu akan kehilangan simpati. Jika kamu tidak mendengar tentang persoalan dunia, kamu pasti tidak punya hati peduli dan jika kamu sama sekali tidak punya interese dengan persoalan dunia, maka hatimu hanya akan penuh dengan ambisi dirimu saja. 

Saya akhirnya berterima kasih kepadanya karena jawabannya yang bagi saya bijaksana dan bisa mendatangkan inspirasi bagi hidup saya.

Hari ini, ketika gerimis selesai, saya menatap dari dalam kamar saya yang sepi menembusi kaca bening keluar, di mana pihak keamanan parkir sedang memeriksa mobil-mobil yang parkir di samping kamar saya. 

Terdengar pertengaran kecil, hanya karena seseorang memarkirkan mobil tanpa membayar karcis parkiran otomatis. Lagi-lagi problem ni. Kata hati saya, kenapa sih, semakin saya tidak ingin melihat problem, malah saya diperlihatkan lebih sering lagi problem. 

Kepalaku jadi nyut-nyut hanya karena satu kata itu. Problem...problem..problem. Saya akhirnya berusaha menyepi sejenak ke sungai Rhein. Ya, halusnya melarikan diri dan berusaha menggantikan kata Problem dengan keindahan sungai Rhein. 

Saat saya senang-senangnya memotret Rhein yang mengalir hening, terdengar pesan masuk. Karena penasaran, saya akhirnya berusaha membaca pesan itu, OGM... apa yang tertulis? Di dalam pesan itu tertulis seperti ini: "Puyeng tukangnya, kerjanya sembrono, rusak semua barang-barangnya. Masalah baru lagi. Never ending nih."

Saya berdiri persis pada pagar dinding sungai Rhein sambil terus berusaha memahami kejadian-kejadian hari ini. Ya mulai dari diskusi, sampai ke pesan-pesan pribadi. Berita, pesan dan informasi tentang masalah tidak pernah berakhir, benar bukan?

Pertanyaan yang penting setelah bergulat dengan perjumpaan dengan realitas hidup dan segala macam persoalannya adalah cara pandang seperti apakah agar orang tidak pernah merasa bahwa hidup ini seperti dikejar persoalan atau masalah?

Ada 2 cara pandang yang bisa saya utarakan berdasarkan pengalaman pribadi selama ini:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun