Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

5 Kata Terakhir pada Abschiedsfeier di Jerman

5 Maret 2021   13:23 Diperbarui: 5 Maret 2021   17:28 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya mengerti keheningan itu sebagai kata terakhir, karena saya sendiri mengalami itu. Saya tidak tahu lagi harus mengatakan apa untuk terakhir kalinya pada orang yang saya kenal.

Dia yang ramah, enak berdiskusi tentang kehidupan orang-orang Indonesia di Jerman. Meskipun demikian, dia enggan bicara tentang bagaimana suka duka mulai mengumpulkan orang-orang Indonesia, hingga sekarang menjadi suatu komunitas yang diakui keberadaannya di wilayah KJRI Frankfurt dan wilayah dari Keuskupan Limburg Jerman. Mas Mardi yang rendah hati dan baik itu, enggan sekali berbicara tentang dirinya.

Keheningan telah menjadi bagian dari kehidupannya. Ia hening melayani umat di tempat di mana ia tinggal sebagai diakon awam di gereja Katolik di Höchst. Keheningan yang sama dirasakan sama oleh semua sahabat kenalan saat ia ke rumah sakit, semua tidak pernah mendengar kata pamitan, apalagi kata perpisahan darinya. Semuanya berakhir begitu cepat, hening entah sampai kapan.

5. Menulis kata terakhir

Ya, semua percikan pengalaman itu telah menjadi inspirasi tak terhingga, bahkan membangkitkan gairah saya untuk menulis lagi di Kompasiana. Lagi-lagi Kompasiana menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari cerita perpisahan dan kata terakhir orang-orang Diaspora di Jerman. Tentu, pembaca punya gagasan dan pengalaman yang berbeda.

Bisa jadi pembaca mengalami kata terakhir yang berbeda, ya itulah keragaman pengalaman manusia yang bisa direnungkan dan dibagikan kepada semua orang. Setiap percikan pengalaman yang ditulis dan refleksikan selalu punya pesan untuk kehidupan. 

Menulis kata terakhir itu tidak hanya mungkin bagi penulis, tetapi juga semua orang bisa menulis. Akan tetapi, menulis kata terakhir untuk orang dekat yang dikenal dengan baik, itu tidak bisa lagi oleh semua orang, tetapi hanya mungkin pertama-tama dari orang yang pernah mengenalnya.

Detail kisah dan pengalaman kebersamaan akhirnya terbuka begitu bebas seperti halaman-halaman buku tanpa pembatas. Karena itulah, saya hanya bisa mencoba menulis tentang kata terakhir dari sekian banyak kenangan dan kisah bersama Mas Mardi. Mungkin syair dan tutur lepas dalam perjumpaan yang tidak terduga dengannya bermakna pada kesempatan lainnya. 

Itulah 5 kata perpisahan yang telah mewarnai pengalaman hidup saya di Jerman. Kata-kata itu selalu menjadi bagian dari cerita kedekatan masing-masing orang.

Orang akan mengatakan dengan rasa yang dalam, hanya karena pernah mengalami dan merasakan betapa dalamnya cinta dan kesetiaan, entah itu sebagai teman, entah sebagai saudara, apalagi tentang cinta dan kesetiaan seorang ayah bagi anak-anak dan istri yang ditinggalkannya.

Salam berbagi.

Ino, 05.03.2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun