Sejak wabah Covid-19 yang berdampak pada pembatasan ruang gerak manusia muncul banyak sekali kreativitas dalam semua bidang kehidupan manusia. Sebuah pengalaman nyata bagaimana saya bergulat dengan situasi dan latar belakang yang berbeda di Eropa akan menjadi inspirasi kita bersama kali ini.
Waktu itu tepatnya Selasa, 14 April 2020. Pada jam 12.00 siang itu, kami melakukan doa siang bersama di sebuah ruangan kecil. Doa siang itu selalu direkam dan diedit lagi oleh seorang teman saya untuk selanjutnya dikirim ke alamat website dan bisa dibuka oleh siapa saja yang mau mengikuti doa siang kami.Â
Kerja kreatif ini berjalan lancar tanpa ada tantangan selama tiga minggu. Hari-hari selanjutnya mulai terlihat tantangannya karena seorang teman yang biasa mengedit rekaman itu pergi untuk beberapa hari. Karena itu, dia meminta supaya hari-hari sebelum keberangkatannya, kami berdoa pada siang hari dua kali. Pertama untuk hari ini (Selasa) dan kedua untuk besok (Rabu).Â
Setelah selesai acara doa, seorang teman bertanya, "Apakah besok siang ada doa siang lagi?"Â
Saya hanya menjawab, "Pertanyaanmu bagus sekali."Â
Dia lalu lanjut bertanya, "hhhhmmm ya apa jawabanmu?" Saya langsung meledak tertawa, karena merasa sangat lucu dan aneh dengan pertanyaannya. Dia semakin heran dan tidak mengerti dengan tanggapan saya yang hanya tertawa.
Lalu, tibalah saatnya kami makan siang bersama, dan pada waktu itu ada makanan penutup atau Nachtisch berupa Ice Cream dengan dua warna berbeda. Rasanya sangat enak, apalagi hari itu sedikit panas.Â
Kami mengambil Ice Cream itu secara bergilir. Putaran pertama sudah selesai ternyata Ice Cream masih banyak. Seorang teman yang pertanyaannya belum saya jawab itu minta tambah Ice Cream. Saya memberinya dan setelah dia mengambil untuk kedua kalinya, saya mengatakan kepadanya: Sekarang saya ingin menjawab pertanyaanmu waktu di ruangan doa tadi".Â
Katanya, "ok silahkan". Kataku kepadanya, Kamu bisa ambil dua kali Ice Cream ini termasuk untuk besok siang, sama seperti doa siang kita, untuk besok kita sudah doa hari ini." Semua tertawa terbahak-bahak mulai dari yang paling tua, yang jarang tertawa pun ikut tertawa meledak dengan wajah dan telinga sedikit merah. Dia lalu mengucapkan terima kasih kepada saya karena telah memberi inspirasi kepadanya.
Saya kembali ke kamar dan menulis kisah ini. Saya pun tertawa sendiri, karena merasa bahwa betapa tololnya manusia modern ini menghitung-hitung waktu untuk berjumpa dengan Tuhan. Doa dan perjumpaan pribadi dengan Tuhan itu tidak bisa sama dengan makan Ice Cream itu.Â
Siapa yang tidak merindukan makan Ice Cream itu? Kelaparan dan kehausan besok itu tidak bisa harus dipuaskan sekarang; apalagi hari esok menjadi tidak perlu lagi berdoa sama sekali. Doa semestinya menjadi makanan bagi jiwa kita, yang tidak bisa digantikan setiap hari. Setiap hari kita berdoa dan doa kita hari ini tidak bisa untuk menggantikan waktu doa kita di hari-hari selanjutnya.Â