Tak ada yang ingin dalam kondisi sakit dan lemah. Semua orang berharap ingin selalu sehat agar bisa kerja dan melakukan kegiatan yang disukainya. Pun bila sakit dan dirawat di rumah sakit, tentu tak ingin berlama-lama dan berharap segera pulang ke rumah.Â
Tapi bagaimana bila harus dirawat, terlebih bila harus dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) sebuah ruang khusus untuk pasien kritis yang memerlukan perawatan intensif dan observasi berkelanjutan.Â
 Kesan mengerikan bila dirawat di ICU setidaknya muncul dari gambaran pasien yang terbaring lemah tidak sadarkan diri. Tingkat kesadaran pasien berada di tingkat somnolen hingga tingkat kesadaran koma.Â
Somnolen adalah kondisi mengantuk yang masih dapat dipulihkan bila diberi rangsangan. Namun, saat rangsangan dihentikan, orang tersebut akan tertidur lagi.Â
Di tubuh pasien, terpasang selang, dari mulut, hidung, leher, tangan hingga saluran kemih. Di samping pasien, ada mesin ventilator dan monitor yang menampilkan tanda tanda vital pasien (heart rate, tekanan darah, irama pernapasan dan saturasi oksigen).Â
 Artinya, pasien perlu berada dalam penjagaan yang intensif dari tenaga kesehatan. Di ICU, keluarga tidak diperkenankan untuk menunggui pasien.Â
Karena itu, selama 24 jam, perawat secara bergiliran berada di samping pasien mengurus semua kebutuhan dasarnya. Kebutuhan pasien seperti: oksigen, cairan, nutrisi, mandi, berpakaian, berpindah posisi/tempat, berkemih, dan buang air besar harus dibantu oleh perawat. Â
Semua tanda tanda vital pun dipantau dan dicatat tiap jam, termasuk pemasukan cairan dan nutrisi, dan output urine (air seni) dan defekasi (BAB). Â Ada sedikit saja ketidakberesan di tubuh pasien, perawatlah yang mengetahui paling pertama.Â
 Tidak hanya kebutuhan dasar fisik namun juga kebutuhan psikologis dan spiritual menjadi tanggung jawab perawat.  Meskipun kondisi tidak sadar, namun organ pendengaran masih bekerja merekam suara.Â
Di waktu sholat pasien yang beragama islam diingatkan sholat, lalu didengarkan lantunan ayat suci Alquran. Begitu juga pasien beragama Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu difasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritualnya.Â
 Jean Watson, dalam Theory of Human Caring, menyatakan bahwa perawat  menghormati tubuh, pikiran dan jiwa manusia sebagai sebuah kesatuan yang tak terpisahkan. Kehadiran perawat yang selalu berada di samping pasien membangun rasa saling percaya pasien dengan perawat dan sebaliknya, yang berguna untuk proses kesembuhan pasien.