Mohon tunggu...
Rinnelya Agustien
Rinnelya Agustien Mohon Tunggu... Perawat - Pengelola TBM Pena dan Buku

seseorang yang ingin menjadi manfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Guru Bimbel Biologi

4 Januari 2018   12:59 Diperbarui: 19 Januari 2018   00:13 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pertama kali ditawarin untuk menjadi guru bimbel Biologi, saya malahan bengong dengan ekspresi datar, tidak gembira pun juga tidak pasang raut wajah sedih. Saya bengong karena bingung, karena basic kuliah saya bukan Biologi.  Meskipun di keperawatan diajari anatomi fisiologi manusia tetapi kan saya tidak mempelajari anatomi fisiologi hewan dan tumbuhan. Dan menurut saya Biologi itu bukan mata pelajaran yang butuh bimbel, beda dengan matematika dan fisika. Biologi itu hapalan dengan bumbu imajinasi, menurut saya

Dulu ketika SMA saya jatuh cinta dengan pelajaran Biologi, bukan karena gurunya yang ganteng lho (soalnya gurunya cewek hehehe). Saya menyukai Biologi mungkin karena saya suka berimajinasi dan suka baca. Rasa ingin tahu saya tentang alam terpuaskan setelah membaca buku Biologi,  ensiklopedia dan majalah National Geographic. Dan selanjutnya saya semakin tergila gila dengan Biologi. Saya pernah setahun duduk di bangku kuliah Pendidikan Biologi di salah satu universitas negeri di Surabaya, namun kemudian pindah kuliah ke Keperawatan. Lulus dari Keperawatan, saya bekerja menjadi perawat di ICU, yang memantik saya untuk menyukai ilmu Otak alias Brain. Sebenarnya  kalau ditarik garis lurus, yup saya masih menyukai Biologi

Tibalah hari pertama saya mengajar bimbel, waah ternyata materi anak SMP sekarang sangat jauh berbeda ya. Pelajaran Biologi anak SMP dan SMA sekarang jauh lebih mendalam, seakan  seluruh anak SMP-SMA ini akan menjadi saintis ilmu biologi. Padahal belum tentu mereka curious dengan alam beserta isinya. Hal lucu yang saya alami saat pertama kali mengajarkan anatomi tumbuhan, ternyata  siswa yang saya ajar ini menanam pohon saja tidak bisa. Ada materi yang membahas mengenai tumbuhan dikotil dan monokotil, lalu saya tanya ke siswa tersebut apa pernah melihat tanaman jagung, dengan polosnya dia bilang belum pernah. Duh... trus saya tanya lagi apa pernah menarik pohon hingga akar akarnya ikut tercabut, belum pernah juga. Lha bagaimana saya ingin menjelaskan akar serabut dan akar tunggang. Waah piye iki...satu satunya cara ya memperlihatkan video dan gambar yang ada di Youtube. Kembali lagi ke internet deh, padahal ingin hati memperkenalkannya ke alam. Cerita dua siswa lainnya juga sama, mereka belajar Biologi bukan karena kesukaan tetapi karena keharusan untuk bisa menjawab soal soal ujian. Nah inilah sedihnya ketika kita belajar bukan karena ketertarikan namun karena keharusan. Tiga siswa yang saya ajar tinggal di kota, dimana rumahnya tidak memiliki halaman depan pun belakang, lahan rumah habis dipakai untuk parkiran mobil dan motor di halaman depan sedangkan belakang untuk perluasan kamar dan jemuran. Tipikal rumah perumahan  di kota. Jadi memang kesehariannya mereka tidak pernah melihat tumbuhan. Saya pikir memang penting menyediakan sedikit saja ruang terbuka untuk menanam satu dua pohon atau setidaknya menggunakan polybag lalu menanam cabe dan sayur mayur yang biasa dikonsumsi. Selain memang untuk penyerapan air hujan, bisa juga untuk media belajar biologi. 

Berhubung mereka memang tidak tertarik dengan alam tetapi mereka harus belajar Biologi, maka akhirnya saya harus membuat metode bagaimana caranya mereka mudah menghapal Biologi yang memiliki banyak sekali materi hapalan. Seperti yang selalu saya lakukan setiap belajar Biologi waktu saya SMA, yakni dengan merangkumnya. Saya ajak mereka untuk membuat rangkuman yang mereka mudah mengerti, dengan cara mengklasifikasi materi. Sehingga materi yang banyak menjadi lebih sedikit. Prinsip merangkum adalah dengan membaca tuntas semua materi dahulu, lalu diulang kembali tetapi kali ini siapkan pensil dan kertas untuk mencatat yang penting penting dan dirangkum, lalu selesai merangkum menjawab latihan soal dengan cara menuliskan jawaban dengan essay meskipun soalnya pilihan ganda, dengan cara itu siswa akan membaca ulang dan merangkum kembali. Lalu  muncullah masalah, siswa siswa saya ini malas membaca....Aha kalau begini lebih baik tutup buku Biologi lalu main game saja. Ampuuuun ini mah parah banget. Saya nyerah aja deh. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun