Mohon tunggu...
Gamal Albinsaid
Gamal Albinsaid Mohon Tunggu... Dokter - Wirausaha Sosial dan Inovator Kesehatan

Wirausaha Sosial dan Inovator Kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Anda Berpikir Setelah Pandemi Covid-19 Kehidupan Akan Kembali Normal?

19 Juni 2020   16:00 Diperbarui: 19 Juni 2020   16:07 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Urutan Pertama dan Kedua Karakteristik Low Touch (Manajemen Krisis Kesehatan) | Dokpri

Mungkin ada di antara kita yang sedang berfikir bahwa kehidupan akan kembali normal setelah pandemi ini selesai. Normal seperti sedia kala, seperti seperti sebelum pandemi. Mungkin ada diantara kita yang sedang menunggu semuanya kembali normal dan berharap kita bisa menjalani kehidupan seperti dahulu. Tapi, sayangnya kembali normal bukanlah hal yang mudah. Ketahuilah dunia tak akan pernah lagi sama setelah pandemi virus corona berlalu.

COVID-19 mengubah rutinitas. Semua sisi kehidupan mengalami perubahan. Banyak diantara kita yang menyesuaikan diri dengan terpaksa. Pandemi ini telah mengubah kita dengan sangat cepat, luas, dan berkepanjangan. Perubahan yang terjadi sangat kokoh sekali dan akan bertahan sangat lama, paling tidak hingga beberapa tahun mendatang. Oleh karena itu, kita jangan berfikir bahwa setelah pandemi ini berakhir, kita tidak akan kembali ke masa sebelum pandemi (old normal), tapi kita harus berfikir bahwa kita telah memasuki sebuah fase baru berupa tatanan baru dari ekonomi, sosial, dan kebiasaan baru, new normal. Setelah itu kita akan menuju sebuah era baru, yaitu next normal.

Krisis kesehatan yang terjadi selama pandemi COVID-19 telah memicu serangkaian perubahan yang telah mempengaruhi berbagai tatanan kehidupan kita. Sangat sulit menganalisis dan membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Kita bisa memprediksi serangkaian gelombang tindakan selanjutnya. Skenario berikut ini akan memberikan sebagian gambaran seperti apa periode berikutnya.

Krisis Pandemi yang kita hadapi saat ini telah mendorong berbagai rangkaian kondisi yang secara garis besar dibagi dalam 2 fase, pertama adalah fase manajemen krisis kesehatan dan fase kedua adalah manajemen krisis ekonomi. Pada gelombang pertama adalah kebijakan dan penyesuaian dengan orientasi manajemen krisis kesehatan, seperti jaga jarak sosial, tindakan pencegahan, pembatasan perjalanan, dan pelarangan pengumpulan masa. Akibat selanjutnya adalah pengangguran massal dan kebangkrutan.

Lalu mulailah pembukaan bertahap dari karantina wilayah, yang diikuti oleh tindakan yang berubah - ubah untuk mitigasi gelombang baru atau wabah baru. Frekuensi dan tingginya gelombang susulan bergantung pada kemajuan efektivitas dalam pengujian dan pelacakan massal, peningkatan efektivitas dalam pengobatan, dan pembagian imunitas dari populasi. Jika di tahun 2021 vaksin berhasil ditemukan dan diproduksi secara massal, maka akan terjadi fase stabilisasi pasca vaksin dan kembali lebih cepat sepenuhnya ke fase normal.

Banyak pakar setuju setuju bahwa kita berada dalam pemulihan yang panjang, lambat, bergelombang. Cina akan menjadi negara pertama yang mulai mengurangi lockdown dan mereka telah menuju dan merasakan terlebih dahulu dunia baru pasca COVID-19 ini. Banyak pakar memprediksi waktu yang dibutuhkan untuk kembali ke normal baru adalah 18-24 bulan. Oleh karena itu, persiapkan diri kita. Kita harus belajar menyesuaikan diri dengan kehidupan baru setelah mengalami global shock akibat COVID-19.

Apa yang bisa kita pelajari dari daerah yang pertama kali melewati puncak krisis kesehatan?

Cina akan menjadi negara pertama yang menjalani The Next Normal. Lalu, bagaimana kondisi Cina saat kasus menurun dan mulai terkendali? Banyak indikator ekonomi saat ini menunjukkan pemulihan yang proporsional, tetapi pemulihan sepenuhnya belum terlihat bagi Cina. Kemacetan lalu lintas dan polusi udara sudah hampir kembali normal.

Pada bulan April, sekolah secara bertahap dibuka kembali dengan panduan ketat. Tetapi bagian lain dari kehidupan sehari-hari masih benar-benar terganggu. Di sisi lain, Singapura mengalami penyebaran virus yang terkendali tanpa menerapkan langkah-langkah ketat. Namun, pada akhir April, Singapura juga melakukan lockdown.

Pada 1 Mei, Hong Kong mencoba melanjutkan kehidupan sehari-hari. Secara bertahap, toko ritel dan teater mulai dibuka kembali. Pada 8 Mei, Setelah 19 hari infeksi lokal 0, bar atau restoran mulai menarik perhatian banyak orang. Meja dengan pemesanan hingga 8 orang sudah mulai diizinkan. Tapi, klub malam dan karaoke tetap ditutup.

Sedangkan di Korea Selatan, pada 5 Mei, pertandingan olahraga mulai melanjutkan pertandingan tanpa penonton. Mereka berharap untuk memungkinkan penonton hadir saat pertandingan dan pertemuan yang lebih besar bisa segera dilakukan. Pada 6 Mei, beberapa taman hiburan dibuka kembali dengan langkah-langkah jaga jarak secara fisik. Pemeriksaan suhu sebelum masuk adalah prosedur yang biasa dilakukan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun