Mohon tunggu...
Inggit Suryani
Inggit Suryani Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer Sejati

Ibu Rumah Tangga yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Money

Terjebak Konsumtif

14 Januari 2022   08:41 Diperbarui: 14 Januari 2022   08:47 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Maraknya berita  yang mengekspos perilaku konsumsi produk-produk mewah  para tokoh, artis, pejabat atau orang kaya baru,  diberbagai kanal media sosial, memaksa kita mengaktifkan sinyal waspada keuangan agar jangan sampai terjerumus  menjadi bagian tren  tersebut.

Apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang terjebak berperilaku konsumsi  berlebihan?dengan menciptakan celah besar antara  nilai guna  dan keinginannya sendiri. Berpikir irasional tanpa mempertimbangkan skala prioritas. Bahkan cenderung  bersifat insidental semata.

Alasan klise  peningkatan reputasi, sekedar demi gengsi. Untuk sebagian besar orang, membelanjakan uang demi barang mewah, seperti mobil, tas, atau jam tangan dianggap dapat mempercepat naiknya status sosial mereka dimasyarakat.  Dianggap kaya, berpunya, berada, menjadi sesuatu yang  wajib diraih. Melupakan alokasi dana tabungan dan investasi dimasa depan. Hingga terbuang sia-sia.

Yang kedua, Fear of missing out (FOMO) merupakan istilah yang tengah populer saat ini. FOMO memiliki arti yakni  sebuah fenomena psikologis di mana seseorang takut ketinggalan terhadap hal-hal yang sedang populer. 

Menimbulkan rasa takut ketinggalan zaman jika tidak up-to-date terhadap hal-hal tertentu. Jebakan promosi dan diskon sangat berpengaruh dalam pembuatan keputusan pembelian. Sebuah strategi pemasaran yang  mengintimidasi konsumen dalam melakukan pembelian dibawah pengaruh fomo.

Ketiga, efek meniru atau demonstrative effect, keinginan membeli karena meniru perilaku pembelian orang lain. Tindakan mengkonsumsi sebuah barang atau produk tertentu karena terpengaruh oleh pola konsumsi kelompok masyarakat lain di sekitarnya yang memiliki kemampuan finansial  yang lebih tinggi darinya. 

Faktor negatif yang akan membuat seseorang melakukan segala hal demi mendapatkan dan menggunakan barang-barang yang ada di luar kemampuannya. Menggiring ke jebakan -jebakan selanjutnya seperti utang pinjol, prostitusi, narkoba dan tindak kriminal lainnya. 

Semoga kita semakin lebih bijak dalam mengalokasikan dana bagi kebutuhan kita, keluarga demi hidup yang lebih baik lagi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun