Mohon tunggu...
Inggit Suryani
Inggit Suryani Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer Sejati

Ibu Rumah Tangga yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rendahnya Tingkat Kesopanan Warga +62 dan Ciri Umumnya

3 Maret 2021   15:15 Diperbarui: 3 Maret 2021   15:29 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

#AngonAwakeDhewek

Tulisan ini bukan untuk mengolok-olok apalagi menjelekkan bangsa sendiri, hanya sebagai bentuk keresahan hati, apakah telah terjadi kelunturan nilai - nilai kesopanan dan etika dalam masyarakat kita. 

Beberapa waktu yang lalu saya dikejutkan dengan sebuah artikel yang mengupas hasil penelitian Digital Civil Index(DCI) atau tingkat kesopanan warga dalam menggunakan media sosial sepanjang tahun 2020. Riset tersebut dilakukan oleh Microsoft, menyatakan bahwa Indonesia berada pada urutan 29 dari 32 negara. Tak habis pikir mengapa sebuah negara yang termasyhur dengan  kemajemukan dan heterogenitas budaya berada di posisi terendah, pun setingkat Asia Tenggara. Indonesia masih kalah dengan Malaysia dan Singapura yang patut untuk diteladani.

Miris  saya membacanya, sebagai bagian dari warga +62 apakah benar hasilnya sedemikian buruk? Apakah nilai - nilai budaya ketimuran sudah benar-benar tergerus oleh derasnya arus globalisasi?Ataukah memang karakter asli secara umum masyarakat Indonesia memang benar adanya seperti itu?

Ditilik dari sudut pandang pendidikan, dalam survei kualitas  yang dikeluarkan oleh PISA, Indonesia menempati peringkat ke-72 dari 77 negara. Berdasarkan rendahnya kompetensi guru dan sistem pendidikan yang terlalu kuno. Tapi apakah benar hanya karena rendahnya kualitas pendidikan dijadikan tolak ukur satu -satunya dalam penilaian tinggi rendahnya budi pekerti  serta etika pergaulan? Perlu diingat bahwa sebelum masa politik etis Belanda, dimana pendidikan masyarakat masih terbelenggu akibat penjajahan, masyarakat tetap memberikan penghormatan sangat tinggi  dalam nilai -nilai pergaulan, seperti sopan santun dalam bertutur, bersikap dan berkomunikasi. Apalagi dikalangan  bangsawan sangatlah mutlak dilakukan.

Saat ini meskipun dengan tingginya gelar akademis yang diraih terkadang  tidak mencerminkan kualitas kehalusan budinya. Mungkin sudah terkontaminasi dengan akses negatif globalisasi, kurangnya filter spiritualitas, atau memang karakter bangsa kita secara umum sudah mengalami degradasi kepribadian yang akut.

Menurut Mochtar Lubis, seorang jurnalis sekaligus budayawan, merangkumkan ciri -ciri manusia Indonesia secara umum dari bukunya juga yang  berjudul "Manusia Indonesia". Menurut beliau ada beberapa karakter  yang mewakili, yaitu:

1.Munafik/hipokrit

Contoh sikap- sikap yang dimunculkan misalnya, orang Indonesia  pandai bicara dan menasehati orang-orang kepada jalan yang benar, entah itu lewat status WA, Instagram, FB. Wall penuh dengan kultum,  namun jarang dan tidak pernah melakukan apa yang dikatakannya(cekakak kesindir dhewek). Contoh lain hukum hanya berlaku bagi musuh not for the gangs atau pihak si lemah, sedangkan bagi yang memiliki kekuasaan, hukum dengan mudah dapat diperjualbelikan. Jadi walau mati, karena yang nabrak anak birokrat, bebas lah...

2.Enggan Bertanggungjawab
Mereka malu untuk mengakui suatu kesalahan yang telah dilakukannya di depan umum. Jika ada kesalahan orang lain, orang Indonesia girangnya bukan main. Mereka menyudutkan bahkan mencela, tapi lupa melihat kesalahan sendiri. Ibarat bhelek dipelupuk mata tak nampak, kutu rambut diseberang laut keliatan. Kongkritnya kalau komen bikin pengin bunuh diri...

3.Berjiwa Feodal
Mereka selalu ingin untuk "dihormati". Rasa superioritas yang mendarah daging sejak zaman penjajah belum menjajah. Keinginan untuk selalu dianggap "ter-, "paling, haus kehormatan, intinya memenuhi nafsu ego semata. Yang justru mengurangi keluhuran diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun