Mohon tunggu...
Inggar Pratiko
Inggar Pratiko Mohon Tunggu... -

Sebagai Penerima Ilmu di Informatics Engineering, Technology University of Yogyakarta. Tertarik untuk menelisik lebih dalam dunia IT, Suka segala macam yang berbau Mangga (Bukan buah)dan mulai tertarik dengan dunia tulis. \r\n\r\nLet's learning and growing together!! :D

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Remaja dalam "Lingkaran Narkotika dan HIV"

23 Agustus 2013   19:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:54 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih tergambar jelas dalam ingatan saya, ketika masih berkutat dalam fase sekolah menengah. Teringat akan gambaran Sebuah baliho bertuliskan " THINK  HEALTHY WITHOUT DRUGS " (Berpikir Sehat Tanpa Narkoba)  terpampang di depan gerbang masuk sekolah. Sebuah tulisan yang menyiratkan sebuah ajakan sekaligus himbauan bagi kita semua, para kaum remaja khususnya agar membentengi diri agar tidak terjerumus ke dalam lingkaran hitam bernama narkoba salah satunya dengan selalu berfikir jernih, berfikir rasional dan berfikir sehat. Namun dalam kondisi riil saat ini, Hedonisme telah merasuki jiwa sebagian anak muda. Penggunaan narkotika, alkohol, rokok, bahkan hubungan seks secara bebas lumrah terjadi. Remaja saat ini harus didorong untuk berpikir lebih sehat lagi. Sudah tidak terhitung korban yang menimpa anak muda kita justru karena perilaku hedonis mereka. Dari overdosis karena narkotika sampai tewas setelah menenggak miras oplosan.

Laporan Unicef, United Nations Programme on HIV/AIDS dan World Health Organization menyebutkan bahwa masa remaja kerap kali digunakan untuk bereksperimen dengan narkotika dan alkohol. Di Tanzania, anak muda yang berusia antara 16 dan 24 tahun yang merokok dan minum alkohol mempunyai pasangan seks empat kali lebih banyak dari kawan-kawan seusianya.  Di Amerika Serikat, mahasiswa yang melakukan seks di bawah pengaruh narkotika atau alkohol memiliki kecenderungan 2,5 kali untuk tidak menggunakan pelindung.  Di Buenos Aires, Argentina, seperlima dari pecandu narkotika dengan jarum suntik mengatakan bahwa mereka mulai memakai narkotika pada saat berusia 16 tahun ataupun lebih muda, dan dua per tiganya telah mulai ketika berusia 18 tahun ( www.unodc.org ).

Di Indonesia, perkembangan pencandu narkoba semakin pesat. Para pencandu narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar. Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok. Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat, apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan.

Beberapa studi telah berulang kali menjelaskan faktor-faktor yang dapat membantu para remaja untuk mengurangi perilaku mereka yang berisiko tinggi, seperti berhubungan seks tanpa menggunakan pelindung dan menggunakan narkotika. Penggunaan narkotika dengan jarum suntik (injecting drug use/ IDU) adalah salah satu dari banyak ketergantungan yang seringkali berawal pada masa remaja. Pada akhirnya, ketergantungan pada narkotika meningkatkan kemungkinan anak muda dengan kemampuan ekonomi yang terbatas, untuk berpaling kepada tindak kejahatan kriminal ataupun prostitusi untuk membiayai kebutuhan mereka akan narkotika. Lebih fatal lagi, ketika mengombinasikan penggunaan narkotika dengan jarum suntik juga melakukan prostitusi, akan makin meningkatkan peluang bagi penyebaran HIV dari mereka yang menyuntikkan narkotika dan pasangan seks mereka ke populasi yang lebih luas.

Narkoba adalah isu yang kritis dan rumit yang tidak bisa diselesaikan oleh hanya satu pihak saja. Karena narkoba bukan hanya masalah individu namun masalah semua orang. Mencari solusi yang tepat merupakan sebuah pekerjaan besar yang melibatkan dan memobilisasi semua pihak baik pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan komunitas lokal. Adalah sangat penting untuk bekerja bersama dalam rangka melindungi anak dari bahaya narkoba dan memberikan alternatif aktivitas yang bermanfaat seiring dengan menjelaskan kepada anak-anak tentang bahaya narkoba dan konsekuensi negatif yang akan mereka terima.

Anak-anak membutuhkan informasi, strategi, dan kemampuan untuk mencegah mereka dari bahaya narkoba atau juga mengurangi dampak dari bahaya narkoba dari pemakaian narkoba dari orang lain. Salah satu upaya dalam penanggulangan bahaya narkoba adalah dengan melakukan program yang menitikberatkan pada anak usia sekolah (school-going age oriented). Untuk itu diperlukan kesiapan mental dalam mengantisipasinya. Beberapa pendekatan psiko-pedagogis yang dapat diupayakan antara lain (Dilansir dalam situs resmi bnn):

- Penanaman nilai-nilai dasar yang kuat dalam diri setiap pribadi, terutama nilai-nilai yang bersumber pada nilai-nilai agama.

- Memiliki konsep diri yang jelas dan mantap baik konsep diri ideal maupun aktual.

- Mengenal dan memahami lingkungan dengan sebaik-baiknya untuk dapat memahami peran-peran yang harus diemban dan diwujudkan.

- Menciptakan suasana kehidupan keluarga yang sedemikian rupa sehingga setiap anggota keluarga memperoleh kepuasan dan kebahagiaan lahir batin

- Memperluas kontak-kontak sosial melalui pergaulan yang baik dan sehat dan Meningkatkan kompetensi diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun