Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PSK di Tulungagung Banyak yang Mengidap GO

11 Januari 2011   03:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:44 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hii... Para PSK di Tulungagung Kencing Nanah.” Ini judul berita di news.okezone.com (10/1-2011). Disebutkan: …. dari 345 pekerja seks komersial (PSK) yang berada di lokalisasi Kaliwungu, Kec Ngunut dan Ngujang, Kec Kedungwaru, Kab Tulungagung, Jawa Timur, 17 persen atau sekitar 59 terdenteksi mengidap GO (gonorrhea) yang dikenal sebagai kencing nanah dan klamidia yaitu jenis infeksi menular seksual/IMS (penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah).

Kasi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Tulungagung, Didik Eka, mengatakan: “Kondisi tersebut tidak bisa dibiarkan begitu saja.” Ini tepat, tapi ada fakta yang luput dari perhatian.

Pertama, ada kemungkinan GO dan klamdia yang terdeteksi pada PSK justru ditularkan oleh laki-laki pelanggan PSK. Dalam kehidupan sehari-hari laki-laki itu bisa sebagai seorang suami, lajang, duda, atau remaja. Mereka inilah yang menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat.

Kedua, ada kemungkinan PSK yang beroperasi di lokalisasi itu sudah mengidap GO dan klamidia ketika mulai praktek di Tulungagung. Kalau ini yang terjadi maka ada risiko penularan IMS bisa pula sekaligus HIV kalau PSK mengidap HIV dari PSK ke laki-laki penduduk alsi atau pendatang.

Langkah pencegahan yang dilakukan Dinkes Tulungagung adalah mereikan obat untuk pengobatan preventif berkala (PPB). Terkait dengan IMS dan HIV mencegah penularannya bukan dengan obat (oral) karena obat itu bukan vaksin. Lagi pula biar pun PSK itu diobati tetap saja mereka akan tertular IMS dan bisa jadi HIV sekaligus dari pelanggannya jika laki-laki tidak memakai kondom.

Menurut Didik, program pencegahan tidak bisa menjangkau PSK tidak langsung (‘cewek bar’, ‘cewek disko’, ‘anak sekolah’, ‘mahasiswi’, ‘cewek SPG’, ‘ibu-ibu rumah tangga’, selingkuhan, WIL, dll.). Ini memang masalah besar. Laki-laki ‘hibung belang’ pun merasa dirinya tidak berisiko tertular IMS dan HIV karena mereka melakukan hubungan seksual dengan PSK tidak langsung yang tidak kasat mata ini.

Maka, yang perlu dilakukan adalah mewajibkan setiap laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK langsung dan PSK tidak langsung untuk memakai kondom. Ini bisa dilakukan melalui peraturan tapi bukan menyasar PSK karena posisi tawar mereka yang rendah sehingga yang menjadi sasaran adalah germo atau mucikari.

Terkait dengan kesadaran penggunaan kondom dikabarkan selama ini 70 persen PSK di wilayah Kab Tulungagung belum peduli bagaimana pentingnya kondom dalam mencegah penularan IMS dan HIV. Ini bias gender karena yang disalahkan selalu perempuan (baca: PSK). Posisi tawar yang paling kuat ada pada laki-laki ‘hidung belang’. PSK tidak bisa menolak laki-laki ‘hidung belang’ yang tidak mau memakai kondom. Untuk itulah peraturan menyasar germo atau mucikari bukan PSK. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun